Kamis, 25 September 2014

Resep Sambal Pecel Lele Spesial Pedas dan Enak



Resep Sambal Pecel Lele

Sambal pecel lele yang enak dan spesial sebenarnya kurang lebih dengan resep sambal tomat goreng, tinggal tambah sedikit variasi aja. Nah untuk menghasilkan lele yang renyah dan enak ada sedikit masukkan dari kami, yaitu bisa gunakan resep ikan goreng renyah. Jadi sekarang tinggal langsung menuju inti dari postingan resep hari ini, yaitu cara membuat sambal pecel lele yang enak, pedas dan spesial seperti lela atau lamongan...

Bahan-bahan :
  • 3 buah tomat merah ukuran sedang, pilih yang dagingnya tipis (tomat sayur)
  • 5 buah cabe besar merah segar
  • 10 siung bawang merah
  • 5 siung bawang putih
  • 21 buah cabe rawit
  • 2 butir kemiri atau 3 biji kacang mete
  • 1 sendok makan Gula merah
  • Garam dapur secukupnya
  • Penyedap rasa secukupnya
  • Minyak untuk menggoreng
  • Terasi secukupnya (bila suka)
 Cara membuat sambal pecel lele
  • Cuci bersih lalu goreng semua bahan seperti tomat, cabe besar, bawang merah / putih, kemiri dan cabe rawit serta terasi (gunakan api sedang). Pastikan minyak sudah panas saat semuanya dimasukkan. Angkat tiriskan
  • Siapkan cobek, masukkan bahan yang sudah digoreng, tambahkan garam, gula merah dan penyedap rasa. Ulek agak kasar/ sesuai selera
  • Atau agar lebih cepat dapat gunakan blender, tapi jangan terlalu halus
  • Sambal pecel lele siap untuk disajikan

Kalau sambal sudah siap tinggal cari lalapannya seperti timun, daun kemangi dan kol goreng :) Oks selamat mencoba mempraktekan resep sambal pecel lele di rumah

RESEP PINDANG IKAN PATIN ENAK KHAS PALEMBANG SUMATERA SELATAN

 


Berikut adalah bahan dan bumbu-bumbu yang dibutuhkan dalam membuat pindang ikan patin yang merupakan salah satu masakan populer masyarakat Sumatera Selatan dan sekitarnya beserta panduan cara memasaknya.

Bahan dan Bumbu :

  • 1 kg ikan patin segar, bersihkan, potong-potong sesuai selera
  • 1 sdm air jeruk nipis
  • 10 butir bawang merah, iris
  • 3 siung bawang putih,iris
  • 3 batang serai, memarkan
  • 2 buah cabai merah, iris
  • 10 cabai rawit utuh
  • 2 batang daun bawang, iris
  • 10 cm kunyit, iris
  • 1 cm jahe, iris
  • 1 cm lengkuas, iris
  • ½ buah nanas, potong serasi
  • 1 ikat daun kemangi
  • 10 buah cung kediro/tomat ceri atau 5 buah tomat hijau, belah 4
  • 1 sdt gula pasir
  • garam secukupnya
  • 750 ml air
CARA MEMBUAT PINDANG IKAN PATIN KHAS PALEMBANG :
  1. Lumuri ikan dengan air jeruk nipis, diamkan selama 15 menit lalu cuci kembali.
  2. Didihkan air, masukkan semua bumbu kecuali tomat ceri, daun bawang dan kemangi. Sesuaikan rasanya lalu masukkan ikan, tomat ceri dan daun bawang.
  3. Masak hingga mendidih lalu masukkan daun kemangi, rebus hingga kemangi agak layu. Angkat dan sajikan.


Jumat, 19 September 2014

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA MENGHITUNG HARGA POKOK PRODUKSI DI SMK PGRI 1 PALEMBANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Salah satu mata pelajaran disekolah yang diharuskan adanya pembaharuan dalam proses belajar mengajar adalah pelajaran akuntansi, guru dituntut untuk dapat menciptakan proses belajar yang tidak membosankan dan dapat menarik perhatian siswa untuk mengikuti pelajaran tersebut. Selain guru harus dapat memahami tentang materi akuntansi, guru dituntut untuk dapat memanfaatkan media apa yang sesuai dengan mata pelajaran tersebut.
Pada mata pelajaran akuntansi, guru harus dapat memahami bahan yang akan diajarkan terlebih dahulu sebelum guru menentukan media apa yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar. Salah satunya guru dituntut untuk mampu memahami kegiatan akuntansi yang terjadi di masyarakat dan diterapkan dalam proses belajar mengajar.
Untuk itulah pendidikan dan pengajaran perlu ditingkatkan lagi, terutama kemampuan siswa dalam menerima pelajaran yang diberikan. Pada hal ini termasuk kemampuan kognitif yang meliputi jenjang kemampuan pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Tujuan yang harus dicapai siswa pada setiap bidang studi setelah mengikuti program pengajaran tertuang dalam tujuan kurikuler, dari tujuan kurikuler kemudian dijabarkan ke dalam tujuan instruktional pokok pembahasan.
Salah satu materi yang terdapat pada mata pelajaran akuntansi kelas XI Jurusan akuntansi adalah tentang materi harga pokok produksi. Dalam materi  harga pokok produksi ini siswa dibekali pengetahuan, pemahaman, penerapan, dan kemampuan menganalisisnya sehingga menghasilkan informasi yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang memerlukan.
Harga pokok produksi (cost of goods manufaktured) adalah biaya pabrik ditambah dengan persediaan dalam proses awal dikurangi dengan persediaan dalam proses akhir. Biaya ini merupakan biaya produksi dari barang yang telah diselesaikan selama satu periode (Soemarso S. R,2009:287).
Pentingnya harga pokok produksi dalam akuntansi berkaitan dengan pengumpulan biaya produksi perusahaan, sehingga pengumpulan biaya produksi merupakan salah satu fungsi akuntansi yang penting. Maka pengumpulan biaya produksi perusahaan dalam akuntansi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pengumpulan biaya produksi berdasarkan metode harga pokok pesanan dan pengumpulan biaya produksi berdasarkan metode harga pokok proses. Menurut metode harga pokok pesanan biaya produksi dikumpulkan berdasarkan pesanan, sedangkan metode harga pokok proses biaya produksi dikumpulkan di setiap departemen produksi selama periode tertentu (Firdaus, dkk,1994:14).
Salah satu mata pelajaran yang menggunakan kemampuan tersebut adalah akuntansi, sedangkan materi yang akan dibahas adalah akuntansi biaya pokok bahasan harga pokok produksi. Guru mengharapkan para siswa dapat mengembangkan kemampuan tersebut seoptimal mungkin sesuai dengan bidang pendidikan yang dipilihnya. Jurusan akuntansi merupakan salah satu jurusan yang terdapat di SMK  PGRI 1 Palembang yang bertujuan menyiapkan para lulusan yang berkemampuan cakap, terampil, profesional, dan berbudi pekerti yang baik sehingga para lulusan tersebut dapat mempengaruhi kebutuhan pembangunan bidang ekonomi.
SMK PGRI 1 Palembang merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan di kota Palembang  yang memiliki dedikasi yang baik dalam mendidik siswa agar siap bersaing dalam dunia kerja. SMK PGRI 1 Palembang memiliki berbagai jurusan yaitu Administrasi Perkantoran, Akuntansi, dan Pemasaran.
Bedasarkan informasi yang peneliti dapat dari guru bidang studi akuntansi bahwa kemampuan siswa menghitung harga pokok produksi tahun lalu ternyata masih ada sekitar ± (40%) belum mencapai nilai kriteria baik.
SMK mendidik siswa dengan tujuan unggul dalam mencetak tenaga muda mandiri yang berkompeten sehat jasmani, rohani serta beriman dan taqwa serta menanamkan jiwa wirausaha pada siswa, melatih siswa melaksanakan diklat program keahlian Akuntansi, Sekretaris dan Tata niaga.
Berdasarkan dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul “Analisis Kemampuan Siswa Menghitung Harga Pokok Produksi di SMK PGRI 1 Palembang  Tahun Pelajaran 2013/2014”.

1.2         Masalah Penelitian
1.2.1   Pembatasan Masalah Penelitian
Agar penelitian ini terpusat pada pokok yang akan dipecahkan serta tidak mengakibatkan penafsiran yang baru, maka peneliti perlu pembatasan masalah dalam penyusunan penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1.             Kemampuan yang diteliti adalah kemampuan kognitif: yang meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, dan analisa.
2.             Siswa yang diteliti adalah siswa kelas XI jurusan akuntansi semester genap di SMK PGRI 1 Palembang tahun pelajaran 2013/2014
3.             Materi yang diteliti adalah menghitung pembebanan biaya dan menyusun laporan biaya harga pokok produksi proses pada mata pelajaran akuntansi biaya.
1.2.2   Rumusan Masalah Penelitian
Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Kalau masalah itu merupakan kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi, maka rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2013:55). Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah dan untuk lebih memudahkan dalam penyusunan, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Kemampuan Siswa Menghitung Harga Pokok Produksi proses di SMK PGRI 1 Palembang  Tahun Pelajaran 2013/2014?”.

1.3         Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang peneliti angkat tersebut maka yang menjadi tujuan dalam penelitiaan ini adalah untuk mengetahui kemampuan siswa menghitung harga pokok produksi proses di SMK PGRI 1 palembang  tahun pelajaran 2013/2014”.

1.4         Manfaat Penelitian
Berdasarkan judul penelitian ini, maka manfaat yang akan diharapkan adalah :
1.      Bagi siswa, dapat mengetahui kemampuan mereka dalam menghitung harga pokok produksi proses.
2.      Bagi guru, sebagai salah satu bahan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa kelas XI Akuntansi dalam menghitung harga pokok produksi.
3.      Bagi sekolah, sebagai masukan yang cukup berharga guna memberikan pelayanan pendidikan yang baik sehingga dapat berpartisipasi secara optimal.
4.      Bagi Universitas PGRI Palembang, dapat menjadi bahan informasi yang berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan menjadi referensi untuk penelitian khususnya dalam bidang ilmu pendidikan.





















BAB II
LANDASAN TEORI

2.1         Kajian Pustaka
2.1.1   Pengertian Kemampuan
Menurut W. Stern, “intelegensi adalah suatu daya jiwa dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat di situasi yang baru” (dalam Ahmadi dan Supriyono,2013:33). Menurut Vaan Hoes, “intelegensi merupakan kecerdasan jiwa” (dalam Ahmadi dan Supriyono,2013:33).
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013:26), kemampuan dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut :
2.1.1.1  Kemampuan Kognitif
Ranah kognitif (Bloom, dkk.) terdiri dari enam jenis perilaku sebagai berikut :
a.         Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip atau metode.
b.         Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal  yang dipelajari.
c.         Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.
d.        Analisa, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.
e.         Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program kerja.
f.          Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya, kemampuan menilai hasil karangan.

               


2.1.1.2  Kemampuan Afektif
Ranah afektif (Krathwohl & Bloom, dkk.) terdiri dari lima perilaku-perilaku sebagai berikut :
a.         Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesedian memperhatikan hal tersebut. Misalnya, kemampuan mengakui adanya perbedaan-perbedaan.
b.         Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Misalnya, mematuhi aturan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
c.         Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan sikap. Misalnya, menerima suatu pendapat orang lain.
d.        Organisasi, yang mencakup  kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. Misalnya, menempatkan nilai dalam suatu skala nilai dan dijadikan pedoman bertindak secara bertanggung jawab.
e.         Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi. Misalnya, kemampuan mempertimbangkan dan menunjukkan tindakan yang berdisiplin.

2.1.1.3  Kemampuan Psikomotorik
Ranah psikomotor (Simpson) terdiri atas tujuh jenis perilaku, yaitu :
a.         Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendeskriminasikan) hal-hal secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut.
b.         Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini mencakup jasmani dan rohani. Misalnya, posisi star lomba lari.
c.         Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan suatu gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniru. Misalnya, meniru gerak tari. Membuat lingkaran di atas pola.
d.        Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh. Misalnya, melakukan lompat tinggi dengan tepat.
e.         Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efisien, dan tepat. Misalnya, bongkar-pasang peralatan secara tepat.
f.          Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku. Misalnya, keterampilan bertanding.
g.         Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan gerak-gerak yang baru atas dasar prakasa sendiri. Misalnya, kemampuan membuat tari kreasi baru.

Dari pengertian dan macam-macam kemampuan yang telah diuraiankan di atas maka dalam penelitian ini kemampuan yang diukur adalah kemampuan kognitif yang meliputi kemampuan pengetahuan, pemahaman, penerapan, dan analisa.

2.1.1.4  Hasil Belajar
Sudjana (2004) berpendapat, “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya” (Jihad dan Haris,2012:1).
Menurut Hamalik (2012:30) “hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”.
“Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar” (Abdurrahman,1999) (Jihad dan Haris,2012:14).
“Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya” (Juliah,2004) (Jihad dan Haris,2012:15).
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang dari suatu sistem pemprosesan berbagai masukan setelah melalui kegiatan belajar. Di dalam penelitian ini hasil belajar yaitu berupa nilai tes, diperoleh dari tes akhir (post-test) yang diberikan pada akhir pertemuan setelah mempelajari materi menghitung harga pokok produksi, dimana bentuk post-test.





2.1.2   Pengertian Mengajar
“Mengajar ialah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau murid di sekolah” (Hamalik,2013:44).
Definisi yang lama, “mengajar ialah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman-pengalaman dan kecakapan pada anak didik kita” (Slameto,2010:29).
“Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat” (DeQueliy dan Gazali dalam Slameto,2010:30).
Definisi yang modern di negara-negara yang sudah maju; “teaching is the guidance of learning”. Mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar (Slameto,2010:30).
“Mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations (penghargaan) dan knowledge” (Alvin W. Howard dalam Slameto,2010:32).
“Mengajar adalah sebagai berikut: Mengajar dilukiskan sebagai membuat keputusan (decision making) dalam interaksi, dan hasil dari keputusan guru adalah jawaban siswa atau kelompok siswa, kepada siapa guru berinteraksi” (Jhon R. Pancela dalam Slameto,2010:33).
“Mengajar yang dipentingkan adalah adanya pertisipasi guru dan siswa satu sama lain. Mengajar adalah usaha mengorganisasi lingkunagan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa” (Waini Rasyidin dalam Slameto,2010:34).
Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Bila belajar dikatakan milik siswa, maka mengajar sebagai kegiatan diri.
2.1.3   Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Objek kegiatan akuntansi biaya adalah biaya (Mulyadi, 2007:7).
Dalam menghitung biaya produksi, akuntansi biaya harus mengikuti proses pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Setiap pengolahan bahan baku memerlukan pengorbanan sumber ekonomi, sehingga Akuntansi biaya digunakan untuk mencatat setiap sumber ekonomi yang dikorbankan dalam setiap tahap pengolahan tersebut, untuk menghasilkan informasi biaya produksi yang dikonsumsi untuk menghasilkan produksi (Mulyadi, 2007:13). Dalam akuntansi biaya banyak yang dibahas salah satunya menghitung harga pokok produksi.

2.1.4   Harga Pokok Produksi
Proses produksi adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus. Sementara itu, akuntansi harus melaporkan informasi keuangan secara berkala. Akibatnya, pada saat laporan keuangan dibuat, terdapat kemungkinan adanya sebagian barang yang belum selesai diproses. Walaupun demikian, biaya yang telah terjadi untuk barang itu, tetap harus dilaporkan. Inilah yang dicantumkan sebagai persedian dalam proses. Untuk memperoleh harga pokok produksi yang telah selesai, biaya pabrik ditambah dengan nilai persediaan dalam proses di awal periode dan dikurangi dengan nilai persediaan dalam proses di akhir periode.
 Harga pokok produksi (cost of goods manufaktured) adalah biaya pabrik ditambah dengan persediaan dalam proses awal dikurangi dengan persediaan dalam proses akhir. Biaya ini merupakan biaya produksi dari barang yang telah diselesaikan selama satu periode. (Soemarso S. R,2009:287).
2.1.4.1  Metode Pencatatan Harga Pokok Produksi
Secara garis besar proses pengolahan produk dalam perusahaan manufaktur dapat dibagi menjadi dua kelompok besar: proses produksi berdasar pesanan dan proses (Mulyadi,2007:24).
2.1.4.1.1 Pengertian Metode Harga Pokok Proses
Metode harga pokok proses adalah penentuan harga pokok produk dengan cara mengumpulkan biaya produksi yang terjadi selama 1 periode tertentu (misalkan 1 bulan, 1 semester, 1 tahun) kemudian dibagi sama rata kepada produk yang dihasilkan pada periode yang bersangkutan (Firdaus dkk,1997:13).
2.1.4.1.2  Pengertian Metode Harga Pokok pesanan
Metode harga pokok pesanan adalah suatu sistem akuntansi biaya perpektual yang menghimpun biaya menurut pekerjaan-pekerjaan (jobs) tertentu. Sistem ini cocok untuk elemen-elemen pekerjaan yang unik dan biasanya mahal, di mana barang/jasa yang dibuat atau doproduksi berdasarkan spesifikasi yang diminta oelh pelanggan atau pemesan. Metode harga pokok pesanan banyak yang digunakan dalam industri-industri, seperti konstruksi, percetakan, mebel, pembuatan kapal atau pesawat terbang, dan lain-lain (Dunia dan Wasilah, 2011:54).

2.1.4.2  Perhitungan dan Pembebanan Biaya Produksi ke dalam Produk
2.1.4.2.1 Perhitungan Biaya Produksi dalam Produk
Untuk menghitung harga pokok per satuan dapat digunakan rumus sebagai berikut :
Contoh : Pabrik Jamu Sehat selama bulan Maret 2000 telah mengeluarkan biaya  produksi sebagai berikut :
Biaya bahan baku                                                                      Rp    900.000
Biaya bahan penolong                                                               Rp    400.000
Biaya tenaga kerja                                                                     Rp 2.200.000
Biaya overhead pabrik                                                               Rp     500.000+
                        Jumlah                                                                         Rp  4.000.000
Produk yang dihasilkan selama bulan Maret 2000 sebanyak 8.000 bungkus, maka hitunglah harga pokok setiap bungkus jamu!
Harga per unit=Rp 4.000.0008.000=Rp 500 per unit
2.1.1.1.1 Pencatatan Penggolongan Biaya pada Metode Harga Pokok Proses
Dalam metode harga pokok proses biaya produksi digolongkan menjadi tiga penggolangan biaya, yaitu biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
a.              Biaya bahan
Biaya bahan terdiri atas bahan baku dan bahan penolong. Pada saat barang tersebut dibeli dicatat dalam jurnal.
(Mencatat pembelian bahan)
Persediaan bahan baku                                                            Rp xxx     -
Persediaan bahan penolong                                                     Rp xxx     -
Kas/utang dagang                                                         -      Rp xxx
Pada saat bahan dipakai dalam proses produksi.
(Mencatat pemakaian bahan baku)
Barang dalam proses-Biaya bahan baku                                 Rp xxx     -
Persediaan bahan baku                                                 -      Rp xxx
b.             Biaya tenaga kerja
Biaya tenaga kerja terdiri atas biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tak langsung. Pemakaian biaya tenaga kerja dapat diketahui dari daftar gaji dan upah. Pencatatan jurnal daftar gaji dan upah:
Gaji dan upah                                                              Rp xxx     -
Utang gaji dan upah                                                -          Rp xxx
Kemudian pada setiap akhir periode akuntansi gaji dan upah yang telah terjadi harus dibebankan kepada produk. Jurnal gaji dan upah dibebankan kepada produk.
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja                     Rp xxx     -
Gaji dan upah                                                    -     Rp xxx
c.              Biaya overhead pabrik
Semua biaya produksi selain biaya bahan dan biaya tenaga kerja disebut biaya overhead pabrik (BOP). Jika perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, maka BOP dibebankan kepada produk berdasarkan jumlah pengeluaran BOP yang sesungguhnya.
Jurnal pencatatan BOP
BOP sesungguhnya                                                                 Rp xxx      -
Berbagai rekening dikredit                                          -       Rp xxx
(Jika jenis BOP tidak disebutkan satu per satu)
Tetapi, jika jenis BOP diketahui misalnya biaya perlengkapan pabrik, biaya listrik pabrik, biaya penyusutan mesin pabrik, dan sebagainya, maka dapat dicatat dengan jurnal seperti berikut:
BOP sesungguhnya                                                                 Rp xxx      -
Biaya perlengkapan pabrik                                          -       Rp xxx
Biaya listrik pabrik                                                      -       Rp xxx
Biaya penyusutan mesin                                              -       Rp xxx
Rekening BOP lainnya                                                -       Rp xxx
(Mencatat BOP sesungguhnya)
Jurnal BOP dibebankan kepada produk
BDP-BOP                                                                               Rp xxx     -
BOP sesungguhnya                                                      -      Rp xxx
(Mencatat pembebanan BOP)
Bila produk selesai pada suatu periode tertentu, maka produk selesai harus dipindahkan ke rekening persediaan produk jadi sejumlah harga pokoknya. Jurnal pemindahan rekening produk selesai ke persediaan produk jadi.
Persediaan produk jadi                                                           Rp xxx     -
BDP-BBB                                                                    -      Rp xxx
BDP-BB Penolong                                                       -      Rp xxx
BDP-BTK                                                                    -      Rp xxx
BDP-BOP                                                                    -      Rp xxx
(Mencatat produk jadi)
Tetapi, jika pada akhir periode tertentu ternyata masih ada produk yang belum selesai dikerjakan, maka produk tersebut akan menjadi persediaan akhir barang dalam proses.
Jurnal persediaan akhir barang dalam proses              Rp xxx     -
BDP – BBB                                                            -           Rp xxx
BDP – BB Penolong                                   -           Rp xxx
BDP – BTK                                                 -           Rp xxx
BDP – BOP                                                 -           Rp xxx
(Mencatat produk dalam proses pada akhir periode).
Laporan harga pokok produksi dengan contoh perhitungan harga pokok proses, produk diolah melalui satu departemen tanpa BDP awal.
Pada umumnya perusahaan yang memproduksi barang pada akhir periode tertentu sebagian produknya ada yang sudah selesai menjadi produk jadi dan ada yang belum selesai yang merupakan barang dalam proses. Persediaan barang dalam proses akhir dicatat sebesar biaya yang sesungguhnya melekat pada produk tersebut. Baik produk jadi maupun produk dalam proses pada akhir periode harus diketahui harga pokoknya. Untuk keperluan ini harus dibuat laporan harga pokok produk dengan urutan sebagai berikut :
1.             Data Produksi
Untuk memahami data produksi perlu diperhatikan konsep input = output, artinya jumlah produk yang akan diolah harus sama dengan jumlah produk yang dihasilkan.
Pada umumnya input dapat berupa.
Persediaan BDP (awal)                       ...... unit
Produk masuk proses                          ...... unit
Sedangkan output terdiri atas:
Produk selesai atau ditransfer ke departemen berikutnya      ..... unit
Persediaan BDP (akhir)                                                          ..... unit
Untuk jelasnya bagan data produksi akan terlihat seperti berikut.
Persediaan dalam proses awal                                     ... unit
Produk masuk dalam proses                                       ...unit +
Jumlah produk dalam proses               ... unit
Produk selesai                                     ... unit
Persediaan produk
dalam proses akhir                              ... unit +
            Jumlah produk                                                ... unit
2.             Data Biaya Per Satuan
Dalam menentukan biaya per satuan produk perlu diperhatikan adanya unit ekuivalen produk, karena untuk menentukan besarnya harga pokok per satuan atau per unit digunakan rumus berikut.
Harga pokok per unit=Total biaya setiap unsur harga pokokProduk ekuivalen setiap unsur harga pokok

 
                       
atau menggunakan rumus berikut:
Harga pokok biaya bahan baku per unit=Total bahan bakuProduk ekuivalen bahan baku

 


(Firdaus dkk, 1997:13).
Kemudian biaya per unit setiap unsur dijumlahkan.
Rumus tersebut berlaku pula untuk unsur-unsur harga pokok lainnya (BTK dan BOP). Untuk jelasnya perhatikan bagan berikut.
Jenis Biaya
Jumlah Biaya
Unit Ekuivalen
Biaya Per Satuan
1
2
3
2 : 3
Bahan baku
Bahan penolong
Tenaga kerja
Overhead pabrik
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
... unit
... unit
... unit
... unit
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Jumlah
Rp xxx

Rp xxx

Dalam laporan harga pokok produksi untuk data biaya, dapat dilaporkan seperti bagan di atas, tetapi pada umumnya digunakan bagan berikut.
Jenis Biaya
Total Biaya
Biaya Per Sartuan
Bahan baku
Bahan penolong
Tenaga kerja
Overhead pabrik
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Jumlah
Rp xxx
Rp xxx

2.1.1.2  Laporan Harga Pokok Produksi
Laporan harga pokok produksi dengan contoh perhitungan harga pokok proses, produk diolah melalui satu departemen tanpa BDP awal.
Dengan demikian, lajur 3 (produk ekuivalen) tidak perlu ditampilkan dalam laporan harga pokok produksi.
Dari konsep perhitungan harga pokok per satuan tersebut kiranya perlu kalian perhatikan tentang menghitung unit ekuivalen masing-masing unsur harga pokok.
Pada dasarnya dalam menghitung unit ekuivalen produk dapat dilkelompokan menjadi tiga kelompok.

1.             Bila tidak terdapat BDP awal
Apabila tidak terdapat BDP awal, maka unit ekuivalen dihitung dengan rumus.
Produk jadi + Tingkat penyelesaian BDP (akhir)
 


2.             Bila terdapat BDP awal
Apabila terdapat persediaan BDP awal perlu diperhatikan metode yang dipakai, yaitu metode FIFO (MPKP) dan rata-rata. Jika metode yang digunakan metode FIFO, maka perhitungan unit ekuivalen dapat dilakukan dengan dua rumus.
Produk jadi + Tingkat penyelesaian BDP akhir – Tingkat penyelesaian BDP awal
 
Produk jadi periode berjalan + Tingkat penyelesaian BDP akhir + BDP awal dengan tingkat penyelsaian yang belum selesai
Atau


Catatan :
Produk jadi + Tingkat penyelesaian produk dalam proses akhir
Produk jadi periode berjalan berasal dari produk seluruhnya – produk awal proses. Bila dipergunakan metode rata-rata, maka unit ekuivalen dapat dihitung dengan menggunkan rumus berikut:

Penggunaan dari rumus-rumus tersebut di atas akan dibahas pada contoh perhitungan harga proses berikutnya.
3.             Perhitungan biaya
Setelah biaya per satuan dihitung dan harga pokok produk jadi ditransfer ke gudang, maka produk dalam proses akhir dapat dihitung dengan cara berikut.
Harga pokok produk jaadi ... unit x jumlah biaya per satuan                  Rp xxx
Harga pokok barang dalam proses:
Biaya bahan baku + ... unit x ... % x Rp xxx (per satuan)           Rp ....
Baiya bahan penolong + ... unit x ... % x Rp xxx (per satuan)    Rp ....
Biaya tenaga kerja + ... unit x ... % x Rp xxx (per satuan)          Rp ....
Biaya overhead pabrik + ... unit x ... % x Rp xxx (per satuan)    Rp ....+
                                                                                                                 Rp xxx +
                 Jumlah biaya produksi                                                            Rp xxx           
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh soal berikut ini:
PT Arjuna selama bulan Maret 2012 telah melakukan kegiatan produksi dengan menggunakan metode harga pokok proses.
Selama bulan tersebut diperoleh informasi sebagai berikut:
Data Biaya
Biaya bahan baku                                                                      Rp 25.000.000
Biaya bahan penolong                                                               Rp 15.000.000
Biaya tenaga kerja                                                                     Rp 11.250.000
Biaya overhead pabrik                                                               Rp 16.125.000+
                        Jumlah                                                                         Rp 67.375.000
Produk selesai dan ditransfer ke gudang sebanyak                   2.000 unit
Produk dalam proses akhir dengan tingkat penyelesaian BBB
dan BP 100%, BK 60%, dan 60%                                              500 unit
Berdasarkan data di atas :
a.    Membuat perhitungan biaya produksi per satuan untuk bulan Maret 2012!
b.    Membuat laporan harga pokok produksi untuk bulan Maret 2012!
c.    Membuat jurnal untuk mencatat biaya produksi selama bulan Maret 2012!

Jawaban :
a.              Membuat perhitungan biaya produksi per satuan untuk bulan Maret 2012!
Jenis Biaya
Jumlah Biaya
Unit Ekuivalen
Biaya Per Satuan
1
2
3
2 : 3
Bahan baku
Bahan penolong
Tenaga kerja
Overhead pabrik
Rp 25.000.000
Rp 15.000.000
Rp 11.250.000
Rp 16.125.000 
2.000 + 100% x 500 = 2.500
2.000 + 100% x 500 = 2.500
2.000 + 50% x 500 = 2.250
2.000 + 30% x 500 = 2.150
Rp 10.000
Rp   6.000
Rp   5.000
Rp   7.500
Jumlah
Rp 67.375.000

Rp 28.500

Setelah biaya per satuan dihitung, maka harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dan harga pokok produk dalam proses akhir dapat dihitung:
Harga pokok produk jadi 2.000 x Rp 28.500                                     Rp 57.000.000
Harga pokok persediaan dalam proses akhir
Biaya bahan baku                    100% x 500 x 10.000 = Rp 5.000.000
Biaya bahan penolong             100% x 500 x 6.000 = Rp 3.000.000
Biaya tenaga kerja                   50% x 500 x 5.000 = Rp 1.250.000
Biaya overhead pabrik              30% x 500 x 7.500 = Rp 1.125.000  +
                                                                                                            Rp  10.375.000  +
            Jumlah biaya produksi                                                            Rp 67.375.000

b.             Dari perhitungan biaya tersebut kemudian disajikan ke dalam perhitungan harga pokok produksi.
PT Arjuna
Laporan Harga Pokok Produksi
Periode Maret 2012
Data produksi
Jumlah produk masuk dalam proses                                                   2.500 unit
Produk selesai yang ditransfer ke gudang                                          2.000 unit
Produk dalam proses akhir dengan tingkat
Penyelesaian (BB, BP 100%, BTK 50%, BOP 30%)                            500 unit +
            Jumlah produk yang dihasilkan                                              2.500 unit
Biaya yang dibebankan dalam bulan Maret 2012
Jenis Biaya
Total Biaya
Biaya Per Sartuan
Bahan baku
Bahan penolong
Tenaga kerja
Overhead pabrik
Rp 25.000.000
Rp 15.000.000
Rp 11.250.000
Rp 16.125.000 
Rp 10.000
Rp   6.000
Rp   5.000
Rp   7.500
Jumlah
Rp 67.375.000
Rp 28.500

Perhitungan biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer
ke gudang (2.000 x Rp 28.500)                                                          Rp 57.000.000
harga pokok produk dalam proses akhir
Bahan baku                             Rp 5.000.000
Bahan penolong                      Rp 3.000.000
Bahan tenaga kerja                  Rp 1.250.000
Bahan overhead pabrik           Rp 1.125.000  +
                                                                                                            Rp 10.375.000 +
Jumlah biaya produksi yang dibebankan pada bulan Maret 2012      Rp 67.375.000
c.              Jurnal pencatatan biaya produksi selama bulan Maret 2012
1.        Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku
Barang dalam proses – Biaya bahan baku         Rp 25.000.000
                       Persediaan bahan baku                                    Rp 25.000.000
2.        Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan penolong
Barang dalam proses – Biaya bahan penolong        Rp15.000.000
                       Persediaan bahan penolong                             Rp15.000.000
3.        Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja
Barang dalam proses – Biaya tenaga kerja        Rp 11.250.000
                       Gaji dan Upah                                                 Rp 11.250.000
4.        Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik
Barang dalam proses – Biaya overhead pabrik Rp 16.125.000
                       BOP Sesungguhnya                                        Rp 16.125.000
5.        Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
Persediaan produk jadi              Rp 57.000.000
                       BDP – Biaya Bahan Baku         (2.000 x 10.000) Rp 20.000.000
                        BDP – Biaya Bahan Penolong  (2.000 x 6.000) Rp 12.000.000
                       BDP – Biaya Tenaga Kerja         (2.000 x 5.000) Rp 10.000.000
                       BDP – Biaya Overhead Pabrik   (2.000 x 7.500) Rp 15.000.000
6.        Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
Persediaan produk jadi                       Rp 10.375.000
                       BDP – Biaya Bahan Baku                              Rp 5.000.000
                       BDP – Biaya Bahan Penolong                        Rp 3.000.000
                       BDP – Biaya Tenaga Kerja                             Rp 1.250.000
                       BDP – Biaya Overhead Pabrik                       Rp 1.125.000



2.2         Aggapan Dasar
“Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti dalam melaksanakan penelitiannya” (Arikunto,2010:63). Berdasarkan aggapan dasar inilah peneliti mengemukakan pendapat dengan judul di atas bahwa:
1.             Kemampuan siswa dalam menghitung harga pokok produksi berbeda-beda.
2.             Setiap siswa menerima materi pelajaran yang sama sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
















BAB III
PROSEDUR PENELITIAN

3.1         Variabel Penelitian
“Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja  yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono,2013:60). Gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi (Arikunto,2010:159). Adapun variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu kemampuan siswa menghitung harga pokok produksi.

3.2         Definisi Operasional Istilah (DOI)
Berdasarkan variabel di atas, definisi operasional istilah dalam penelitian ini adalah :
Kemampuan siswa menghitung harga pokok prodksi adalah kemampuan kognitif yang berkaitan dengan kemampuan berfikir yang mencakup pengetahuan, pemahaman, penerapan, dan analisa yang diukur dengan nilai, nilai diperoleh dari nilai tes siswa dalam menghitung harga pokok produksi proses. Harga pokok produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah biaya pabrik ditambah dengan persediaan dalam proses awal dikurangi dengan persediaan dalam proses akhir. Biaya ini merupakan biaya produksi dari barang yang telah diselesaikan selama satu periode.







3.3         Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1   Populasi Penelitian
“Populasi adalah keseluruhan objek penelitian” (Arikunto,2010:173). “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono,2012:61). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI Jurusan Akuntansi di SMK PGRI 1 Palembang tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 2 (dua) kelas yang berjumlah 80 siswa dengan data sebagai berikut:
TABEL 1
JUMLAH SISWA DAN KELAS XI AKUNTANSI SMK PGRI 1 PALEMBANG POPULASI PENELITIAN
Kelas
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
XI. 1
14
26
40
XI. 2
16
24
40
Jumlah
30
50
80
              (Sumber : Tata Usaha SMK PGRI 1 Palembang, 2014)
3.3.2   Sampel Penelitian
“Sampel adalah sebagian atau mewakili populasi yang diteliti” (Arikunto,2010:174). “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi” (Sugiyano,2012:62). Dalam penelitian di ambil seluruh kelas sebagai sampel penelitian sehingga penelitian ini adalah penelitian populasi.

3.4         Metode Penelitian
“Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi” (Sugiyono, 2013:207).
“Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar” (Sukmadinata,2011:72).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode yang menjelaskan atau menerangkan peristiwa dengan maksud ini ingin mengetahui keadaan sesuatu atau mengenai apa, bagaimana, berapa banyak, sejauh mana, sebagainya yang bersifat mengambarkan keadaan/status fenomena.

3.5         Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah cara untuk menarik dan mengumpulkan data objek yang akan diteliti ditentukan untuk mendukung penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode sebagai berikut :
1.             Dokumentasi
Teknik dokumentasi yaitu salah satu cara pengumpulan data menggunakan dokumen sebagai sumber data. Dalam penelitian ini yang digunakann hanya untuk mengetahui jumlah siswa, guru dan kelas di SMK PGRI 1 Palembang.
2.             Tes
“Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok” (Arikunto,2010:193).
Tes dalam penelitian ini berbentuk post-test untuk memperoleh data mengenai hasil belajar siswa berupa post-test dalam bentuk essay, dengan kisi-kisi soal sebagai berikut :
1.             Menjurnal jumlah biaya bahan baku.
2.             Mengidentifikasi harga pokok produksi per unit untuk setiap jenis produk.
3.             Menyajikan laporan harga pokok produksi.

3.6         Uji Coba Instrumen
3.6.1   Validitas
Menurut Arikunto (2010:211) “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. Suatu instrumen yang valid  atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.
rxy  = NXY-X(Y)NX2-(X)2NY2 (Y)2
Untuk uji validitas instrumen, maka peneliti menggunakan rumus “t”tes melalui korelasi Product Moment angka kasar yaitu sebagai berikut :

                                                                                                                        (Arikunto,2010:213)
Keterangan:
∑ X      =  Jumlah skor item x
∑ Y      =  Jumlah skor item y
N           =  Jumlah responden
Dengan kriteria pengujian validitas :
Jika :    rhitung> rtable berarti butir tes valid, sebaliknya,
             rhitung ≤ rtable berarti butir tes tidak valid              
            

3.6.2    Reliabilitas
“Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik” (Arikunto,2010:221). Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka beberapa kali pun di ambil, tetap akan sama.
r11 =(k(k-1))1-σb2σt2

Setelah pengujian validitas tes dilakukan pengujian reliabilitas tes. Reliabilitas adalah kemantapan keterhandalan. Rumus Alpha Cronbach digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian. Rumus Alpha Cronbach adalah sebagai berikut :

Keterangan :
r11           : Reliabilitas instrumen
k             : Banyaknya butir pertanyaan atau banyak soal
σb2      : Jumlah varians butir  
σt2          : Varians total                                                  (Arikunto,2010:239)
Kriteria pengujian reliabilitas :
Jika : r11>rtabel berarti butir tes reliabilitas, sebaliknya
          r11<rtabel berarti butir tes tidak reliabilitas   

3.7         Hasil Uji Coba Instrumen Tes
3.7.1   Uji Validitas
Sebelum data disebarkan terlebih dahulu dilakukan uji validitas data tes. Berdasarkan data hasil pengujian dengan memanfaatkan program pengolahan data menggunakan microsoft exel, diperoleh hasil uji validitas seperti pada tabel di bawah ini:
TABEL 2
HASIL UJI VALIDITAS INSTRUMEN TIAP BUTIR TES
No Soal
Koefisien Korelasi (rxy)
rtabel
Keterangan
1
0,72
0,44
Valid
2
0,81
0,44
Valid
3
0,65
0,44
Valid
4
0,63
0,44
Valid
5
0,72
0,44
Valid
           Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 3.
Keterangan :
Jika :    rhitung > rtable berarti butir tes valid, sebaliknya,
      rhitung ≤ rtable berarti butir tes tidak valid                     

3.7.2   Uji Reliabilitas
Hasil dari reliabilitas diperoleh setelah harga-harga dimasukkan ke rumus. Sebelumnya harus dihitung varians tiap item soal, menjumlahkan varians semua item dan menghitung varians total terlebih dahulu, selanjutnya menggunakan rumus Alpha seperti yang tercantum berikut ini:
r11 =(k(k-1))1-σb2σt2

 


r11 =(5(5-1))1-82,57196,19
r11 =54 . 1 – 0,42
r11 =54 . 0,58
r11 =  0,725
Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat disimpulkan bahwa r11 = 0,725 > rtabel = 0,444, maka tes soal mengenai laporan harga pokok produksi tersebut dinyatakan reliabel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di lampiran 5.

3.8         Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan menggunakan persentase dan nilai rata-rata kemampuan siswa. “Analisis deskriptif adalah analisis yang menggambarkan suatu data yang akan dibuat baik sendiri maupun secara kelompok” (Riduwan dan Akdon,2013:27).
3.8.1   Analisis Rata-Rata Hasil Belajar Siswa
a.         Rentang nilai tiap butir soal diberi angka 1 – 100.
b.        Nilai rata-rata tiap siswa (NA) adalah :
NA = Jumlah nilai yang diperolehJumlah soal

 


a.       Kemudian nilai (hasil belajar) tersebut di interpretasikan sebagai pedoman penilaian sebagai berikut :
TABEL 3
KATEGORI HASIL BELAJAR SISWA
Skor rata-rata
Kategori
90 – 100
7589
7074
70
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
     (Sumber : Tata Usaha SMK PGRI 1 Palembang, 2014)
3.8.2   Analisis Rata-Rata Total Nilai Siswa
Rata-rata = Total Nilai Seluruh SiswaJumla hSiswa

Untuk mencari nilai rata-rata total seluruh siswa dengan menggunakan rumus adalah sebagai berikut :


3.8.3   Analisis Persentase Frekuensi pada Tiap Kategori Penilaian
Analisis ini dipecahkan dengan cara sebagai berikut :
P=fn x 100 %

 


Keterangan :
P                        : Persentase Kategori Penilaian
f             : Frekuensi jawaban
n             : Jumlah sampel











BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1         Hasil Penelitian
4.1.1   Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Pada awal berdiri SMK PGRI 1 Palembang ini menumpang di SMP Negeri 1 Palembang di integrasikan menjadi SMP 14 Palembang Jalan Mayor Ruslan Pagar alam Palembang. Dalam kurun waktu sejak berdirinya tahun 1979 sekolah ini mengalami pasang surut dan hanya ada satu Jurusan yaitu jurusan Akuntansi yang jumlah siswanya dari kelas 1-3 berjumlah 50 Orang.
SMK PGRI 1 Palembang berada ditengah-tengah pemukiman penduduk yang beralokasikan di Jalan Parameswara No. 18 Bukit Besar, Palembang yang terletak 150 Meter dan memiliki gedung berlantai 3 serta gedung baru berlantai 2. Proses belajar mengajar dilakukan pada pagi hari dimulai pada pukul 06.40-12.45 WIB.
   Kondisi gedung SMK PGRI 1 Palembang cukup baik dengan bentuk permanen dan bangunan milik sendiri khusus untuk SMK PGRI 1 Palembang terdiri dari 20 ruang kelas untuk belajar, 1 ruang untuk komputer, 1 ruang untuk perpustakaan, 1 ruang untuk dewan guru, 1 ruang untuk UKS, 1 ruang untuk koperasi sekolah dan 1 ruang untuk TU dan kepala Sekolah. SMK PGRI 1 Palembang pada tahun pelajaran 2013/2014 dikepalai oleh Dra. Hj. Sudiarti Rais.

4.1.1.1  Jumlah Guru dan Pegawai
Jumlah guru dan pegawai di SMK PGRI 1 Palembang berjumlah 40 orang yang terdiri atas, 4 orang staf pimpinan merangkap guru, 22 orang guru, 12 orang pegawai administrasi dan 1 orang perpustakaan.
4.1.1.2  Jumlah Siswa
Jumlah siswa SMK PGRI 1 Palembang, jumlah laki-laki 380 siswa dan jumlah perempuan 466 siswa. Jumlah kelas seluruhnya ada 20 kelas dengan perincian sebagai berikut :
TABEL 4
DATA SISWA DI SMK PGRI 1 PALEMBANG
No.
Kelas
Jurusan
Jumlah Kelas
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-Laki
Perempuan
1
X
Akuntansi
2
47
42
89
Adm. Perkantoran
2
39
43
82
Penjualan
3
69
64
133
2
XI
Akuntansi
2
30
50
80
Adm. Perkantoran
2
43
37
80
Penjualan
3
65
58
143
3
XII
Akuntansi
2
42
59
101
Adm. Perkantoran
1
8
39
47
Penjualan
3
47
74
121
Jumlah
20
380
466
846
(Sumber : Tata Usaha SMK PGRI 1 Palembang, 2014)

4.1.2   Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK PGRI 1 Palembang, dimana sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak dua kelas yaitu kelas XI Akuntansi 1 dan kelas XI Akuntansi 2 yang keseluruhannya berjumlah 80 siswa. Penelitian ini dilakukan 5 kali pertemuan, 4 kali pertemuan untuk mengajar, 1 kali pertemuan untuk tes. Tiap kali pertemuan berlangsung selama 2 x 45 menit.
Hasil tes tersebut dianalisa oleh peneliti untuk mengetahui sampai dimana kemampuan siswa menghitung harga pokok produksi proses. Data hasil tes selengkapnya dapat dilihat di lampiran 2.



4.1.3   Deskripsi Data Hasil Tes
Sampel siswa yanng diteliti 80 siswa terdiri dari 30 siswa laki-laki dan 50 siswa perempuan, namun yang ikut tes setelah proses belajar mengajar hanya 73 siswa dan 7 siswa tidak mengikuti tes dikarnakan tidak hadir. Kemampuan siswa dalam menghitung harga pokok produksi proses dengan hasil tes sebagai berikut: nilai tertinggi = 100; nilai terendah = 44,32; rata-rata nilai 84,24; distribusi nilai : 90-100 = 31 siswa pada kategori sangat baik; 75-89 = 27 siswa pada kategori baik; 70-74 = 7 siswa pada kategori cukup baik; dan 70 =  8 siswa pada kategori kurang baik.

4.1.4   Analisis Data
Data tes hasil penelitian adalah data dari hasil tes yang dilaksanakan pada penelitian ini, dimana untuk menganalisis kemampuan siswa kelas XI Akuntansi SMK PGRI 1 Palembang dalam menghitung harga pokok produksi proses pada mata pelajaran akuntansi. Tes dilakukan sebanyak 1 kali terhadap 80 siswa sebagai sampel penelitian, namun yang mengikuti tes hanya 73 siswa.
4.1.4.1  Analisis Rata-Rata Total Nilai Siswa
Rata-rata = Total Nilai Seluruh SiswaJumlah Siswa

 



Rata-rata = 6149,6773  = 84,24
Nilai rata-rata 84,24 mencerminkan bahwa kemampuan siswa menghitung harga pokok produksi proses dilihat dari rata-rata nilai pada kategori baik.


4.1.4.2  Persentase Frekuensi Pada Tiap Kategori Penilaian
Dilihat dari frekuensi siswa pada setiap kategori penilaian kemampuan siswa menghitung harga pokok produksi proses seperti tabel 5.
TABEL 5
PERSENTASE FREKUENSI PADA TIAP KATEGORI PENILAIAN
No
Skor rata-rata
Frekuensi
Persentase
Kategori
1
2
3
4
90 – 100
7589
7074
70
31
27
7
8
42,46%
36,99%
9,59%
10,96%
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik

Jumlah
73
100%

Rata-rata nilai                : 84,24                                        : Baik
           
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa frekuensi terbesar siswa (42,46%) mampu menghitungan harga pokok produksi proses dengan kategori sangat baik dan (36,99%) pada kategori baik, sedangkan frekuensi siswa yang belum mencapai kategori baik sebesar (20,55%). Hal ini berarti siswa yang belum mampu menghitung harga pokok produksi proses pada kategori baik telah berkurang sebesar (19,45%) dibandingkan tahun lalu yang sebesar ± 40%. Di lihat dari rata-rata nilai kemampuan siswa menghitung harga pokok produksi proses pada kategori baik. Maka dapat disimpulkan bahwa siswa pada tahun 2013/2014 dalam menghitung harga pokok produksi proses telah mencapai pada kategori baik.
4.1.4.3   Analisis Tiap Butir Soal
Bila dilihat dari kemampuan siswa berdasarkan butir soal sebagai berikut :
1.    Butir tes 1 rata-rata nilai 86,21.
2.    Butir tes 2.
a.       Butir tes 2.a nilai 85,16.
b.      Butir tes 2.b nilai 98,64
Rata-rata nilai butir tes 2 = 89.
3.    Butir tes 3 rata-rata nilai 54,25.
4.    Butir tes 4 rata-rata nilai 89,37.
5.    Butir tes 5 rata-rata nilai 85,94.
Dari rata-rata nilai tiap butir di atas hanya butir 3 saja, tentang indikator menjurnal jumlah biaya bahan baku yang menunjukkan kemampuan siswa pada kategori kurang baik dan pada indikator mengidentifikasi harga pokok produksi per unit untuk setiap jenis produk dilihat dari butir no 1, 2.a, 4, dan 5 pada kategori baik, sedangkan butir 2.b indikator menyajikan laporan harga pokok produksi ternyata kemampuan siswa sudah mencapai pada kategori sangat baik.

4.2         Pembahasan
Tes yang diberikan kepada siswa mencakup keseluruhan materi yang telah diberikan selama proses belajar mengajar. Hasil tes menunjukkan kemampuan siswa menghitung harga pokok produksi proses diperoleh rata-rata nilai sebesar 84,24 pada kategori baik. Sedangkan bila di lihat dari frekuensi siswa pada tiap kategori penilaian, ternyata 79,45% siswa sudah mampu menghitungan harga pokok produksi proses pada kategori baik dan sangat baik, hanya 20,55% saja siswa yang kemampuannya pada kategori cukup dan kurang baik.
Keadaan ini menunjukkan bahwa persentase siswa yang mempunyai kemampuan pada kategori sangat baik pada tahun ini ada peningkatan dibandingkan tahun lalu yaitu sebesar ± 40% siswa kemampuan mereka pada kategori dibawah baik, sedangkan tahun sekarang hanya tinggal 20,55% sehingga sudah berkurang 19,45%. Hal ini disebabkan siswa telah diberikan tugas-tugas maupun latihan-latihan guna melatih siswa untuk menjadi pribadi yang unggul dan cerdas.
Namun dengan demikian terlihat pada soal indikator menjurnal masih banyak siswa (79,45%) yang kemampuannya pada kategori kurang baik, hanya (20,55%) siswa yang mempunyai kemampuan pada kategori baik dan sangat baik, di lihat dari rata-rata nilai kemampuan siswa menghitung harga pokok produksi pada indikator menjurnal jumlah biaya bahan baku hanya 54,25%.
Dari hasil tes dapat diketahui kesulitan siswa dalam menghitung harga pokok produksi proses. Pada indikator 1 yaitu menjurnal jumlah biaya bahan baku kebanyakkan siswa tidak bisa menentukan nominal dalam menjurnal pemakaian bahan baku. Sedangkan pada indikator 2 yaitu mengidentifikasi harga pokok produksi per unit untuk setiap jenis produk dan indikator 3 yaitu menyajikan laporan harga pokok produksi kebanyakan siswa telah mampu menghitung harga pokok produksi proses.
Untuk mengatasi permasalahan di atas maka guru bidang studi  perlu menambah jam untuk mengulas kembali materi menganai menjurnal pamakaian jumlah biaya bahan baku  serta memperbanyak lagi latihan-latihan soal sehingga siswa dapat lebih terbiasa dalam menjurnal jumlah biaya bahan baku tersebut secara tuntas.
Dengan demikan dalam penelitian ini siswa kelas XI Akuntansi SMK PGRI 1 Palembang tahun pelajaran 2013/2014 di katakan mampu menghitung harga pokok produksi proses pada mata pelajaran akuntansi, di karenakan siswa mau memperhatikan penjelasan dari guru dan melakukan serangkaian latihan-latihan.





BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1         Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data mengenai kemampuan siswa menghitung harga pokok produksi di SMK PGRI 1 Palembang dapat disimpulkan:
1.        Hasil tes menunjukkan nilai rata-rata kemampuan siswa dalam menghitung harga pokok produksi proses pada mata pelajaran akuntansi adalah 84,24 pada kategori baik.
2.        Berdasarkan frekuensi siswa pada tiap kategori yaitu frekuensi terbesar siswa dalam menghitung harga pokok produksi proses pada kategori baik dan sangat baik 79,45%, sedangkan pada kategori cukup dan kurang baik sebesar 20,55%.
3.        Dari ke tiga indikator tersebut ternyata hanya indikator 1 saja yaitu menjurnal jumlah biaya bahan baku yang kemampuan siswa pada kategori kurang baik.

5.2         Saran
Beberapa saran yang dapat peneliti ajukan berkaitan dengan hasil kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagi siswa, diharapkan dapat menghitung harga pokok produksi dengan teliti agar dapat memahami pelajaran akuntansi dengan mudah.
2.      Bagi guru, diharapkan memberikan latihan-latihan sebagai motivasi siswa dalam belajar sehingga siswa dapat menguasai materi harga pokok produksi.
3.      Bagi sekolah, diharapkan sebagai masukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar sehingga dapat juga meningkatkan kemampuan tenaga pendidik.
4.      Bagi Universitas, diharapkan agar Universitas mensumberdayakan kembali kepada mahasiswa untuk meneliti kembali hasil penelitian ini.






















DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi dan Supriyono. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.

Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dunia dan Wasilah. 2011. Akuntansi Biaya Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Firdaus, Yoga, dkk. 1997. Akuntansi Biaya. Jakarta: Yudhistira.
Hamalik, Oemar. 2013. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Jihad dan Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo.
Mulyadi. 2007. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Riduwan dan Akdon. 2013. Rumus dan Data dalam Analisis Statistik untuk Penelitian (Administrasi Pendidikan-Bisnis-Pemerintahan-Sosial-Kebijakan-Ekonomi-Hukum-Manajemen-Kesehatan). Bandung: Alfabeta.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Soemarso S. R. 2009. Akuntansi Suatu Pengantar (Revisi). Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tim Penyusun. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi. Palembang: Universitas PGRI Palembang.