BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Salah
satu mata pelajaran disekolah yang diharuskan adanya pembaharuan dalam proses
belajar mengajar adalah pelajaran akuntansi, guru dituntut untuk dapat
menciptakan proses belajar yang tidak membosankan dan dapat menarik perhatian
siswa untuk mengikuti pelajaran tersebut. Selain guru harus dapat memahami
tentang materi akuntansi, guru dituntut untuk dapat memanfaatkan media apa yang
sesuai dengan mata pelajaran tersebut.
Pada
mata pelajaran akuntansi, guru harus dapat memahami bahan yang akan diajarkan
terlebih dahulu sebelum guru menentukan media apa yang akan digunakan dalam
proses belajar mengajar. Salah satunya guru dituntut untuk mampu memahami
kegiatan akuntansi yang terjadi di masyarakat dan diterapkan dalam proses
belajar mengajar.
Untuk
itulah pendidikan dan pengajaran perlu ditingkatkan lagi, terutama kemampuan
siswa dalam menerima pelajaran yang diberikan. Pada hal ini termasuk kemampuan
kognitif yang meliputi jenjang kemampuan pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Tujuan yang harus dicapai siswa pada setiap
bidang studi setelah mengikuti program pengajaran tertuang dalam tujuan
kurikuler, dari tujuan kurikuler kemudian dijabarkan ke dalam tujuan
instruktional pokok pembahasan.
Salah
satu materi yang terdapat pada mata pelajaran akuntansi kelas XI Jurusan
akuntansi adalah tentang materi harga pokok produksi. Dalam materi harga pokok produksi ini siswa dibekali
pengetahuan, pemahaman, penerapan, dan kemampuan menganalisisnya sehingga
menghasilkan informasi yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang memerlukan.
Harga
pokok produksi (cost of goods
manufaktured) adalah biaya pabrik ditambah dengan persediaan dalam proses
awal dikurangi dengan persediaan dalam proses akhir. Biaya ini merupakan biaya
produksi dari barang yang telah diselesaikan selama satu periode (Soemarso S.
R,2009:287).
Pentingnya
harga pokok produksi dalam akuntansi berkaitan dengan pengumpulan biaya
produksi perusahaan, sehingga pengumpulan biaya produksi merupakan salah satu
fungsi akuntansi yang penting. Maka pengumpulan biaya produksi perusahaan dalam
akuntansi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pengumpulan biaya produksi
berdasarkan metode harga pokok pesanan dan pengumpulan biaya produksi
berdasarkan metode harga pokok proses. Menurut metode harga pokok pesanan biaya
produksi dikumpulkan berdasarkan pesanan, sedangkan metode harga pokok proses
biaya produksi dikumpulkan di setiap departemen produksi selama periode
tertentu (Firdaus, dkk,1994:14).
Salah
satu mata pelajaran yang menggunakan kemampuan tersebut adalah akuntansi,
sedangkan materi yang akan dibahas adalah akuntansi biaya pokok bahasan harga
pokok produksi. Guru mengharapkan para siswa dapat mengembangkan kemampuan
tersebut seoptimal mungkin sesuai dengan bidang pendidikan yang dipilihnya.
Jurusan akuntansi merupakan salah satu jurusan yang terdapat di SMK PGRI 1 Palembang yang bertujuan menyiapkan
para lulusan yang berkemampuan cakap, terampil, profesional, dan berbudi
pekerti yang baik sehingga para lulusan tersebut dapat mempengaruhi kebutuhan
pembangunan bidang ekonomi.
SMK
PGRI 1 Palembang merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan di kota
Palembang yang memiliki dedikasi yang
baik dalam mendidik siswa agar siap bersaing dalam dunia kerja. SMK PGRI 1
Palembang memiliki berbagai jurusan yaitu Administrasi Perkantoran, Akuntansi,
dan Pemasaran.
Bedasarkan
informasi yang peneliti
dapat dari guru bidang studi akuntansi bahwa kemampuan siswa menghitung harga pokok produksi
tahun lalu
ternyata masih ada sekitar ± (40%) belum mencapai nilai kriteria baik.
SMK
mendidik siswa dengan tujuan unggul dalam mencetak tenaga muda mandiri yang
berkompeten sehat jasmani, rohani serta beriman dan taqwa serta menanamkan jiwa
wirausaha pada siswa, melatih siswa melaksanakan diklat program keahlian
Akuntansi, Sekretaris dan Tata niaga.
Berdasarkan dari uraian
di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul “Analisis Kemampuan
Siswa Menghitung Harga Pokok Produksi di SMK PGRI 1 Palembang Tahun Pelajaran 2013/2014”.
1.2
Masalah
Penelitian
1.2.1
Pembatasan
Masalah Penelitian
Agar penelitian ini
terpusat pada pokok yang akan dipecahkan serta tidak mengakibatkan penafsiran
yang baru, maka peneliti perlu pembatasan masalah dalam penyusunan penelitian ini
yaitu sebagai berikut :
1.
Kemampuan yang diteliti adalah kemampuan
kognitif: yang meliputi pengetahuan,
pemahaman, penerapan, dan analisa.
2.
Siswa yang diteliti adalah siswa kelas
XI jurusan akuntansi semester genap di SMK PGRI 1 Palembang tahun pelajaran 2013/2014
3.
Materi yang diteliti adalah menghitung
pembebanan biaya dan menyusun
laporan biaya harga pokok produksi proses pada mata pelajaran akuntansi biaya.
1.2.2
Rumusan
Masalah Penelitian
Rumusan masalah berbeda
dengan masalah. Kalau masalah itu merupakan kesenjangan antara yang diharapkan
dengan yang terjadi, maka rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang
akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2013:55). Berdasarkan latar belakang dan
pembatasan masalah dan
untuk lebih memudahkan dalam penyusunan, maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah “Bagaimanakah Kemampuan Siswa Menghitung Harga Pokok
Produksi proses di SMK PGRI 1 Palembang
Tahun Pelajaran 2013/2014?”.
1.3
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan
masalah yang peneliti angkat tersebut maka yang menjadi tujuan dalam
penelitiaan ini adalah untuk mengetahui kemampuan siswa menghitung harga pokok
produksi proses di SMK PGRI 1 palembang
tahun pelajaran 2013/2014”.
1.4
Manfaat
Penelitian
Berdasarkan judul penelitian ini,
maka manfaat yang akan diharapkan adalah :
1. Bagi
siswa, dapat mengetahui kemampuan mereka dalam menghitung harga pokok produksi
proses.
2. Bagi
guru, sebagai salah satu bahan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa kelas XI Akuntansi dalam menghitung
harga pokok produksi.
3. Bagi
sekolah, sebagai masukan yang cukup berharga guna memberikan pelayanan
pendidikan yang baik sehingga dapat berpartisipasi secara optimal.
4. Bagi
Universitas PGRI Palembang, dapat menjadi bahan informasi yang berguna untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan menjadi referensi untuk penelitian khususnya
dalam bidang ilmu pendidikan.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1
Kajian
Pustaka
2.1.1
Pengertian
Kemampuan
Menurut
W. Stern, “intelegensi adalah suatu daya jiwa dapat menyesuaikan diri dengan
cepat dan tepat di situasi yang baru” (dalam Ahmadi dan Supriyono,2013:33).
Menurut Vaan Hoes, “intelegensi merupakan kecerdasan jiwa” (dalam Ahmadi dan
Supriyono,2013:33).
Menurut
Dimyati dan Mudjiono (2013:26), kemampuan dalam proses belajar mengajar adalah
sebagai berikut :
2.1.1.1
Kemampuan
Kognitif
Ranah kognitif (Bloom,
dkk.) terdiri dari enam jenis perilaku sebagai berikut :
a.
Pengetahuan, mencapai
kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam
ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah,
teori, prinsip atau metode.
b.
Pemahaman, mencakup
kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal
yang dipelajari.
c.
Penerapan, mencakup
kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan
baru. Misalnya, menggunakan prinsip.
d.
Analisa, mencakup
kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur
keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi
bagian yang telah kecil.
e.
Sintesis, mencakup
kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program
kerja.
f.
Evaluasi, mencakup
kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria
tertentu. Misalnya, kemampuan menilai hasil karangan.
2.1.1.2
Kemampuan
Afektif
Ranah afektif
(Krathwohl & Bloom, dkk.) terdiri dari lima perilaku-perilaku sebagai
berikut :
a.
Penerimaan, yang mencakup
kepekaan tentang hal tertentu dan kesedian memperhatikan hal tersebut.
Misalnya, kemampuan mengakui adanya perbedaan-perbedaan.
b.
Partisipasi, yang mencakup
kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
Misalnya, mematuhi aturan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
c.
Penilaian dan
penentuan sikap, yang
mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan sikap.
Misalnya, menerima suatu pendapat orang lain.
d.
Organisasi, yang
mencakup kemampuan membentuk suatu
sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. Misalnya, menempatkan nilai
dalam suatu skala nilai dan dijadikan pedoman bertindak secara bertanggung
jawab.
e.
Pembentukan pola
hidup, yang
mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai
kehidupan pribadi. Misalnya, kemampuan mempertimbangkan dan menunjukkan
tindakan yang berdisiplin.
2.1.1.3
Kemampuan
Psikomotorik
Ranah psikomotor
(Simpson) terdiri atas tujuh jenis perilaku, yaitu :
a.
Persepsi, yang mencakup
kemampuan memilah-milahkan (mendeskriminasikan) hal-hal secara khas, dan
menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut.
b.
Kesiapan, yang mencakup
kemampuan penempatan diri dalam keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau
rangkaian gerakan. Kemampuan ini mencakup jasmani dan rohani. Misalnya, posisi
star lomba lari.
c.
Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan
suatu gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniru. Misalnya, meniru gerak tari.
Membuat lingkaran di atas pola.
d.
Gerakan yang
terbiasa, mencakup
kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh. Misalnya, melakukan lompat
tinggi dengan tepat.
e.
Gerakan
kompleks, yang
mencakup kemampuan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap,
secara lancar, efisien, dan tepat. Misalnya, bongkar-pasang peralatan secara
tepat.
f.
Penyesuaian pola
gerakan, yang
mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan
persyaratan khusus yang berlaku. Misalnya, keterampilan bertanding.
g.
Kreativitas, mencakup
kemampuan melahirkan gerak-gerak yang baru atas dasar prakasa sendiri.
Misalnya, kemampuan membuat tari kreasi baru.
Dari pengertian dan
macam-macam kemampuan yang telah diuraiankan di atas maka dalam penelitian ini
kemampuan yang diukur adalah kemampuan kognitif yang meliputi kemampuan pengetahuan, pemahaman, penerapan, dan
analisa.
2.1.1.4
Hasil
Belajar
Sudjana (2004) berpendapat,
“hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya” (Jihad dan Haris,2012:1).
Menurut Hamalik
(2012:30) “hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang
tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti”.
“Hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”
(Abdurrahman,1999) (Jihad dan Haris,2012:14).
“Hasil belajar adalah
segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar
yang dilakukannya” (Juliah,2004) (Jihad dan Haris,2012:15).
Dari beberapa pendapat
di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh seseorang dari suatu sistem pemprosesan berbagai masukan setelah
melalui kegiatan belajar. Di dalam penelitian ini hasil belajar yaitu berupa
nilai tes, diperoleh dari tes akhir (post-test)
yang diberikan pada akhir pertemuan setelah mempelajari materi menghitung harga
pokok produksi, dimana bentuk post-test.
2.1.2
Pengertian
Mengajar
“Mengajar
ialah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau murid di sekolah”
(Hamalik,2013:44).
Definisi
yang lama, “mengajar ialah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman-pengalaman
dan kecakapan pada anak didik kita” (Slameto,2010:29).
“Mengajar adalah
menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat”
(DeQueliy dan Gazali dalam Slameto,2010:30).
Definisi yang modern di
negara-negara yang sudah maju; “teaching
is the guidance of learning”. Mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam
proses belajar (Slameto,2010:30).
“Mengajar adalah suatu
aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan,
mengubah atau mengembangkan skill,
attitude, ideals (cita-cita),
appreciations (penghargaan) dan knowledge”
(Alvin W. Howard dalam Slameto,2010:32).
“Mengajar adalah
sebagai berikut: Mengajar dilukiskan sebagai membuat keputusan (decision making) dalam interaksi, dan
hasil dari keputusan guru adalah jawaban siswa atau kelompok siswa, kepada
siapa guru berinteraksi” (Jhon R. Pancela dalam Slameto,2010:33).
“Mengajar yang
dipentingkan adalah adanya pertisipasi guru dan siswa satu sama lain. Mengajar
adalah usaha mengorganisasi lingkunagan sehingga menciptakan kondisi belajar
bagi siswa” (Waini Rasyidin dalam Slameto,2010:34).
Mengajar pada dasarnya
merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang
mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Bila belajar
dikatakan milik siswa, maka mengajar sebagai kegiatan diri.
2.1.3
Akuntansi
Biaya
Akuntansi biaya
adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya
pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta
penafsiran terhadapnya. Objek kegiatan akuntansi biaya adalah biaya (Mulyadi,
2007:7).
Dalam menghitung
biaya produksi, akuntansi biaya harus mengikuti proses pengolahan bahan baku
menjadi produk jadi. Setiap pengolahan bahan baku memerlukan pengorbanan sumber
ekonomi, sehingga Akuntansi biaya digunakan untuk mencatat setiap sumber
ekonomi yang dikorbankan dalam setiap tahap pengolahan tersebut, untuk
menghasilkan informasi biaya produksi yang dikonsumsi untuk menghasilkan
produksi (Mulyadi, 2007:13). Dalam akuntansi biaya banyak yang dibahas salah
satunya menghitung harga pokok produksi.
2.1.4
Harga
Pokok Produksi
Proses
produksi adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus. Sementara itu,
akuntansi harus melaporkan informasi keuangan secara berkala. Akibatnya, pada
saat laporan keuangan dibuat, terdapat kemungkinan adanya sebagian barang yang
belum selesai diproses. Walaupun demikian, biaya yang telah terjadi untuk
barang itu, tetap harus dilaporkan. Inilah yang dicantumkan sebagai persedian
dalam proses. Untuk memperoleh harga pokok produksi yang telah selesai, biaya
pabrik ditambah dengan nilai persediaan dalam proses di awal periode dan
dikurangi dengan nilai persediaan dalam proses di akhir periode.
Harga pokok produksi (cost of goods manufaktured) adalah biaya pabrik ditambah dengan
persediaan dalam proses awal dikurangi dengan persediaan dalam proses akhir.
Biaya ini merupakan biaya produksi dari barang yang telah diselesaikan selama
satu periode. (Soemarso S. R,2009:287).
2.1.4.1
Metode
Pencatatan Harga Pokok Produksi
Secara
garis besar proses pengolahan produk dalam perusahaan manufaktur dapat dibagi
menjadi dua kelompok besar: proses produksi berdasar pesanan dan proses
(Mulyadi,2007:24).
2.1.4.1.1 Pengertian Metode Harga Pokok
Proses
Metode
harga pokok proses adalah penentuan harga pokok produk dengan cara mengumpulkan
biaya produksi yang terjadi selama 1 periode tertentu (misalkan 1 bulan, 1
semester, 1 tahun) kemudian dibagi sama rata kepada produk yang dihasilkan pada
periode yang bersangkutan (Firdaus dkk,1997:13).
2.1.4.1.2 Pengertian Metode Harga Pokok pesanan
Metode
harga pokok pesanan adalah suatu sistem akuntansi biaya perpektual yang
menghimpun biaya menurut pekerjaan-pekerjaan (jobs) tertentu. Sistem ini cocok untuk elemen-elemen pekerjaan yang
unik dan biasanya mahal, di mana barang/jasa yang dibuat atau doproduksi
berdasarkan spesifikasi yang diminta oelh pelanggan atau pemesan. Metode harga
pokok pesanan banyak yang digunakan dalam industri-industri, seperti
konstruksi, percetakan, mebel, pembuatan kapal atau pesawat terbang, dan
lain-lain (Dunia dan Wasilah, 2011:54).
2.1.4.2
Perhitungan
dan Pembebanan Biaya Produksi ke dalam Produk
2.1.4.2.1 Perhitungan Biaya Produksi dalam
Produk
Untuk menghitung harga
pokok per satuan dapat digunakan rumus sebagai berikut :
Contoh : Pabrik Jamu
Sehat selama bulan Maret 2000 telah mengeluarkan biaya produksi sebagai berikut :
Biaya bahan baku Rp 900.000
Biaya bahan penolong Rp 400.000
Biaya tenaga kerja Rp
2.200.000
Biaya overhead pabrik Rp 500.000+
Jumlah
Rp 4.000.000
Produk
yang dihasilkan selama bulan Maret 2000 sebanyak 8.000 bungkus, maka hitunglah
harga pokok setiap bungkus jamu!
Harga per
unit=Rp
4.000.0008.000=Rp 500 per
unit
2.1.1.1.1 Pencatatan Penggolongan Biaya pada
Metode Harga Pokok Proses
Dalam
metode harga pokok proses biaya produksi digolongkan menjadi tiga penggolangan
biaya, yaitu biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
a.
Biaya bahan
Biaya bahan terdiri
atas bahan baku dan bahan penolong. Pada saat barang tersebut dibeli dicatat
dalam jurnal.
(Mencatat pembelian bahan)
Persediaan bahan baku Rp
xxx -
Persediaan bahan penolong Rp
xxx -
Kas/utang dagang - Rp
xxx
Pada saat bahan dipakai dalam proses
produksi.
(Mencatat pemakaian bahan baku)
Barang dalam proses-Biaya bahan baku Rp xxx -
Persediaan bahan baku - Rp
xxx
b.
Biaya tenaga kerja
Biaya tenaga kerja
terdiri atas biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tak langsung.
Pemakaian biaya tenaga kerja dapat diketahui dari daftar gaji dan upah.
Pencatatan jurnal daftar gaji dan upah:
Gaji dan upah Rp xxx -
Utang gaji dan upah
- Rp xxx
Kemudian pada setiap
akhir periode akuntansi gaji dan upah yang telah terjadi harus dibebankan
kepada produk. Jurnal gaji dan upah dibebankan kepada produk.
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja Rp xxx -
Gaji dan upah - Rp
xxx
c.
Biaya overhead pabrik
Semua biaya produksi
selain biaya bahan dan biaya tenaga kerja disebut biaya overhead pabrik (BOP).
Jika perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, maka BOP dibebankan kepada
produk berdasarkan jumlah pengeluaran BOP yang sesungguhnya.
Jurnal pencatatan BOP
BOP sesungguhnya Rp
xxx -
Berbagai rekening dikredit - Rp
xxx
(Jika jenis BOP tidak disebutkan satu
per satu)
Tetapi, jika jenis BOP
diketahui misalnya biaya perlengkapan pabrik, biaya listrik pabrik, biaya
penyusutan mesin pabrik, dan sebagainya, maka dapat dicatat dengan jurnal
seperti berikut:
BOP sesungguhnya Rp
xxx -
Biaya perlengkapan pabrik - Rp
xxx
Biaya listrik pabrik - Rp
xxx
Biaya penyusutan mesin - Rp
xxx
Rekening BOP lainnya - Rp
xxx
(Mencatat BOP sesungguhnya)
Jurnal BOP dibebankan kepada produk
BDP-BOP Rp
xxx -
BOP sesungguhnya - Rp
xxx
(Mencatat pembebanan BOP)
Bila produk selesai
pada suatu periode tertentu, maka produk selesai harus dipindahkan ke rekening persediaan produk jadi sejumlah harga
pokoknya. Jurnal pemindahan rekening produk selesai ke persediaan produk jadi.
Persediaan produk jadi Rp
xxx -
BDP-BBB - Rp
xxx
BDP-BB Penolong - Rp
xxx
BDP-BTK - Rp
xxx
BDP-BOP - Rp
xxx
(Mencatat produk jadi)
Tetapi, jika pada akhir
periode tertentu ternyata masih ada produk yang belum selesai dikerjakan, maka
produk tersebut akan menjadi persediaan akhir barang dalam proses.
Jurnal persediaan akhir barang dalam
proses Rp xxx -
BDP – BBB - Rp xxx
BDP – BB Penolong - Rp xxx
BDP – BTK - Rp xxx
BDP – BOP - Rp xxx
(Mencatat produk dalam proses pada akhir
periode).
Laporan harga pokok
produksi dengan contoh perhitungan harga pokok proses, produk diolah melalui
satu departemen tanpa BDP awal.
Pada umumnya perusahaan
yang memproduksi barang pada akhir periode tertentu sebagian produknya ada yang
sudah selesai menjadi produk jadi dan ada yang belum selesai yang merupakan
barang dalam proses. Persediaan barang dalam proses akhir dicatat sebesar biaya
yang sesungguhnya melekat pada produk tersebut. Baik produk jadi maupun produk
dalam proses pada akhir periode harus diketahui harga pokoknya. Untuk keperluan
ini harus dibuat laporan harga pokok produk dengan urutan sebagai berikut :
1.
Data Produksi
Untuk memahami data
produksi perlu diperhatikan konsep input = output, artinya jumlah produk yang
akan diolah harus sama dengan jumlah produk yang dihasilkan.
Pada umumnya input dapat berupa.
Persediaan BDP (awal) ...... unit
Produk masuk proses ...... unit
Sedangkan output terdiri atas:
Produk selesai atau ditransfer ke
departemen berikutnya ..... unit
Persediaan BDP (akhir) .....
unit
Untuk jelasnya bagan data produksi akan
terlihat seperti berikut.
Persediaan dalam proses awal ... unit
Produk masuk dalam proses ...unit
+
Jumlah produk dalam proses ... unit
Produk selesai ... unit
Persediaan produk
dalam proses akhir ... unit +
Jumlah
produk ... unit
2.
Data Biaya Per Satuan
Dalam menentukan biaya
per satuan produk perlu diperhatikan adanya unit ekuivalen produk, karena untuk
menentukan besarnya harga pokok per satuan atau per unit digunakan rumus
berikut.
Harga pokok per unit=Total biaya setiap unsur harga pokokProduk ekuivalen setiap unsur harga pokok
|
atau menggunakan rumus berikut:
Harga pokok biaya bahan baku
per unit=Total bahan bakuProduk ekuivalen bahan baku
|
(Firdaus dkk, 1997:13).
Kemudian biaya per unit
setiap unsur dijumlahkan.
Rumus
tersebut berlaku pula untuk unsur-unsur harga pokok lainnya (BTK dan BOP).
Untuk jelasnya perhatikan bagan berikut.
Jenis Biaya
|
Jumlah Biaya
|
Unit Ekuivalen
|
Biaya Per Satuan
|
1
|
2
|
3
|
2 : 3
|
Bahan baku
Bahan penolong
Tenaga kerja
Overhead pabrik
|
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
|
... unit
... unit
... unit
... unit
|
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
|
Jumlah
|
Rp xxx
|
|
Rp xxx
|
Dalam
laporan harga pokok produksi untuk data
biaya, dapat dilaporkan seperti bagan di atas, tetapi pada umumnya
digunakan bagan berikut.
Jenis Biaya
|
Total Biaya
|
Biaya Per Sartuan
|
Bahan baku
Bahan penolong
Tenaga kerja
Overhead pabrik
|
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
|
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
|
Jumlah
|
Rp xxx
|
Rp xxx
|
2.1.1.2
Laporan
Harga Pokok Produksi
Laporan
harga pokok produksi dengan contoh perhitungan harga pokok proses, produk
diolah melalui satu departemen tanpa BDP awal.
Dengan
demikian, lajur 3 (produk ekuivalen) tidak perlu ditampilkan dalam laporan
harga pokok produksi.
Dari
konsep perhitungan harga pokok per satuan tersebut kiranya perlu kalian
perhatikan tentang menghitung unit
ekuivalen masing-masing unsur harga pokok.
Pada
dasarnya dalam menghitung unit ekuivalen produk dapat dilkelompokan menjadi
tiga kelompok.
1.
Bila
tidak terdapat BDP awal
Apabila
tidak terdapat BDP awal, maka unit ekuivalen dihitung dengan rumus.
Produk
jadi + Tingkat penyelesaian BDP (akhir)
|
2.
Bila
terdapat BDP awal
Apabila
terdapat persediaan BDP awal perlu diperhatikan metode yang dipakai, yaitu metode
FIFO (MPKP) dan rata-rata. Jika metode yang digunakan metode FIFO, maka
perhitungan unit ekuivalen dapat dilakukan dengan dua rumus.
Produk jadi + Tingkat
penyelesaian BDP akhir – Tingkat penyelesaian BDP awal
|
Produk
jadi periode berjalan + Tingkat penyelesaian BDP akhir + BDP awal dengan
tingkat penyelsaian yang belum selesai
|
Atau
Catatan :
Produk jadi + Tingkat
penyelesaian produk dalam proses akhir
|
Produk
jadi periode berjalan berasal dari produk seluruhnya – produk awal proses. Bila
dipergunakan metode rata-rata, maka unit ekuivalen dapat dihitung dengan
menggunkan rumus berikut:
Penggunaan
dari rumus-rumus tersebut di atas akan dibahas pada contoh perhitungan harga
proses berikutnya.
3.
Perhitungan
biaya
Setelah
biaya per satuan dihitung dan harga pokok produk jadi ditransfer ke gudang,
maka produk dalam proses akhir dapat dihitung dengan cara berikut.
Harga
pokok produk jaadi ... unit x jumlah biaya per satuan Rp xxx
Harga
pokok barang dalam proses:
Biaya
bahan baku + ... unit x ... % x Rp xxx (per satuan) Rp ....
Baiya
bahan penolong + ... unit x ... % x Rp xxx (per satuan) Rp ....
Biaya
tenaga kerja + ... unit x ... % x Rp xxx (per satuan) Rp ....
Biaya
overhead pabrik + ... unit x ... % x Rp xxx (per satuan) Rp ....+
Rp xxx +
Jumlah biaya produksi Rp
xxx
Untuk
lebih jelasnya perhatikan contoh soal berikut ini:
PT Arjuna selama bulan Maret 2012 telah
melakukan kegiatan produksi dengan menggunakan metode harga pokok proses.
Selama bulan tersebut diperoleh informasi
sebagai berikut:
Data
Biaya
Biaya bahan baku Rp
25.000.000
Biaya bahan penolong Rp
15.000.000
Biaya tenaga kerja Rp
11.250.000
Biaya overhead pabrik Rp
16.125.000+
Jumlah
Rp
67.375.000
Produk selesai dan
ditransfer ke gudang sebanyak 2.000
unit
Produk dalam proses
akhir dengan tingkat penyelesaian BBB
dan BP 100%, BK 60%,
dan 60% 500 unit
Berdasarkan data di atas :
a. Membuat
perhitungan biaya produksi per satuan untuk bulan Maret 2012!
b. Membuat
laporan harga pokok produksi untuk bulan Maret 2012!
c. Membuat
jurnal untuk mencatat biaya produksi selama bulan Maret 2012!
Jawaban
:
a.
Membuat perhitungan biaya produksi per
satuan untuk bulan Maret 2012!
Jenis
Biaya
|
Jumlah
Biaya
|
Unit
Ekuivalen
|
Biaya
Per Satuan
|
1
|
2
|
3
|
2
: 3
|
Bahan baku
Bahan penolong
Tenaga kerja
Overhead pabrik
|
Rp 25.000.000
Rp 15.000.000
Rp 11.250.000
Rp 16.125.000
|
2.000 + 100% x 500 = 2.500
2.000 + 100% x 500 = 2.500
2.000 + 50% x 500 = 2.250
2.000 + 30% x 500 = 2.150
|
Rp 10.000
Rp 6.000
Rp 5.000
Rp 7.500
|
Jumlah
|
Rp 67.375.000
|
|
Rp 28.500
|
Setelah
biaya per satuan dihitung, maka harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
gudang dan harga pokok produk dalam proses akhir dapat dihitung:
Harga pokok
produk jadi 2.000 x Rp 28.500 Rp
57.000.000
Harga pokok
persediaan dalam proses akhir
Biaya bahan baku 100% x 500 x 10.000 = Rp 5.000.000
Biaya bahan
penolong 100% x 500 x 6.000 =
Rp 3.000.000
Biaya tenaga
kerja 50% x 500 x 5.000
= Rp 1.250.000
Biaya overhead
pabrik 30% x 500 x 7.500 = Rp 1.125.000 +
Rp 10.375.000 +
Jumlah biaya produksi Rp
67.375.000
b.
Dari perhitungan biaya tersebut kemudian
disajikan ke dalam perhitungan harga pokok produksi.
PT
Arjuna
Laporan
Harga Pokok Produksi
Periode
Maret 2012
Data produksi
Jumlah produk
masuk dalam proses 2.500
unit
Produk selesai
yang ditransfer ke gudang 2.000
unit
Produk dalam
proses akhir dengan tingkat
Penyelesaian
(BB, BP 100%, BTK 50%, BOP 30%) 500 unit +
Jumlah produk yang dihasilkan 2.500
unit
Biaya yang
dibebankan dalam bulan Maret 2012
Jenis
Biaya
|
Total
Biaya
|
Biaya
Per Sartuan
|
Bahan baku
Bahan penolong
Tenaga kerja
Overhead pabrik
|
Rp 25.000.000
Rp 15.000.000
Rp 11.250.000
Rp 16.125.000
|
Rp 10.000
Rp 6.000
Rp 5.000
Rp 7.500
|
Jumlah
|
Rp 67.375.000
|
Rp 28.500
|
Perhitungan
biaya
Harga pokok
produk jadi yang ditransfer
ke gudang (2.000
x Rp 28.500) Rp
57.000.000
harga pokok
produk dalam proses akhir
Bahan baku Rp 5.000.000
Bahan penolong Rp 3.000.000
Bahan tenaga
kerja Rp 1.250.000
Bahan overhead
pabrik Rp 1.125.000 +
Rp
10.375.000 +
Jumlah biaya
produksi yang dibebankan pada bulan Maret 2012 Rp
67.375.000
c.
Jurnal pencatatan biaya produksi selama
bulan Maret 2012
1.
Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan
baku
Barang dalam
proses – Biaya bahan baku Rp 25.000.000
Persediaan bahan baku Rp 25.000.000
2.
Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan
penolong
Barang
dalam proses – Biaya bahan penolong Rp15.000.000
Persediaan bahan penolong Rp15.000.000
3.
Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja
Barang dalam proses
– Biaya tenaga kerja Rp 11.250.000
Gaji dan Upah Rp 11.250.000
4.
Jurnal untuk mencatat biaya overhead
pabrik
Barang dalam
proses – Biaya overhead pabrik Rp 16.125.000
BOP Sesungguhnya Rp
16.125.000
5.
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk
jadi yang ditransfer ke gudang
Persediaan
produk jadi Rp 57.000.000
BDP – Biaya Bahan Baku
(2.000 x 10.000) Rp 20.000.000
BDP – Biaya Bahan Penolong (2.000 x 6.000) Rp 12.000.000
BDP – Biaya Tenaga Kerja
(2.000 x 5.000) Rp 10.000.000
BDP – Biaya Overhead Pabrik (2.000 x 7.500) Rp 15.000.000
6.
Jurnal untuk mencatat harga pokok
persediaan produk dalam proses akhir
Persediaan
produk jadi Rp 10.375.000
BDP – Biaya Bahan Baku Rp 5.000.000
BDP – Biaya Bahan Penolong Rp 3.000.000
BDP – Biaya Tenaga Kerja Rp 1.250.000
BDP – Biaya Overhead Pabrik Rp 1.125.000
2.2
Aggapan
Dasar
“Anggapan
dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan
berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti dalam
melaksanakan penelitiannya” (Arikunto,2010:63). Berdasarkan aggapan dasar
inilah peneliti mengemukakan pendapat dengan judul di atas bahwa:
1.
Kemampuan siswa dalam menghitung harga
pokok produksi berbeda-beda.
2.
Setiap siswa menerima materi pelajaran
yang sama sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
BAB
III
PROSEDUR
PENELITIAN
3.1
Variabel
Penelitian
“Variabel
penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya” (Sugiyono,2013:60). Gejala adalah objek penelitian, sehingga
variabel adalah objek penelitian yang bervariasi (Arikunto,2010:159). Adapun
variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu kemampuan siswa
menghitung harga pokok produksi.
3.2
Definisi
Operasional Istilah (DOI)
Berdasarkan
variabel di atas, definisi operasional istilah dalam penelitian ini adalah :
Kemampuan siswa
menghitung harga pokok prodksi adalah kemampuan kognitif yang berkaitan dengan
kemampuan berfikir yang mencakup pengetahuan,
pemahaman, penerapan, dan analisa yang diukur dengan nilai,
nilai diperoleh dari nilai tes siswa dalam menghitung harga pokok produksi
proses. Harga pokok produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah biaya
pabrik ditambah dengan persediaan dalam proses awal dikurangi dengan persediaan
dalam proses akhir. Biaya ini merupakan biaya produksi dari barang yang telah diselesaikan
selama satu periode.
3.3
Populasi
dan Sampel Penelitian
3.3.1
Populasi
Penelitian
“Populasi
adalah keseluruhan objek penelitian” (Arikunto,2010:173). “Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono,2012:61). Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas XI Jurusan Akuntansi di SMK PGRI 1 Palembang
tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 2 (dua) kelas yang berjumlah 80
siswa dengan data sebagai berikut:
TABEL
1
JUMLAH
SISWA DAN KELAS XI AKUNTANSI SMK PGRI 1 PALEMBANG POPULASI PENELITIAN
Kelas
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
XI. 1
|
14
|
26
|
40
|
XI. 2
|
16
|
24
|
40
|
Jumlah
|
30
|
50
|
80
|
(Sumber : Tata
Usaha SMK PGRI 1 Palembang, 2014)
3.3.2
Sampel
Penelitian
“Sampel adalah sebagian
atau mewakili populasi yang diteliti” (Arikunto,2010:174). “Sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi” (Sugiyano,2012:62).
Dalam penelitian di ambil seluruh kelas sebagai sampel penelitian sehingga
penelitian ini adalah penelitian populasi.
3.4
Metode
Penelitian
“Statistik
deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya
tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”
(Sugiyono, 2013:207).
“Penelitian
deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar” (Sukmadinata,2011:72).
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif
adalah suatu metode yang menjelaskan atau menerangkan peristiwa dengan maksud
ini ingin mengetahui keadaan sesuatu atau mengenai apa, bagaimana, berapa
banyak, sejauh mana, sebagainya yang bersifat mengambarkan keadaan/status
fenomena.
3.5
Teknik
Pengumpulan Data
Pengumpulan
data adalah cara untuk menarik dan mengumpulkan data objek yang akan diteliti
ditentukan untuk mendukung penelitian. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode sebagai berikut :
1.
Dokumentasi
Teknik dokumentasi
yaitu salah satu cara pengumpulan data menggunakan dokumen sebagai sumber data.
Dalam penelitian ini yang digunakann hanya untuk mengetahui jumlah siswa, guru
dan kelas di SMK PGRI 1 Palembang.
2.
Tes
“Tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok” (Arikunto,2010:193).
Tes dalam penelitian
ini berbentuk post-test untuk
memperoleh data mengenai hasil belajar siswa berupa post-test dalam bentuk essay, dengan kisi-kisi soal sebagai berikut
:
1.
Menjurnal jumlah biaya bahan baku.
2.
Mengidentifikasi harga pokok produksi
per unit untuk setiap jenis produk.
3.
Menyajikan laporan harga pokok produksi.
3.6
Uji
Coba Instrumen
3.6.1
Validitas
Menurut
Arikunto (2010:211) “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi.
Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.
Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang
terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.
rxy = N∑XY-∑X(∑Y)NX2-(∑X)2N∑Y2 –(∑Y)2
|
Untuk
uji validitas instrumen, maka peneliti menggunakan rumus “t”tes melalui korelasi Product
Moment angka kasar yaitu sebagai berikut :
(Arikunto,2010:213)
Keterangan:
∑ X = Jumlah
skor item x
∑ Y = Jumlah
skor item y
N =
Jumlah responden
Dengan
kriteria pengujian validitas :
Jika
:
rhitung> rtable berarti butir tes valid,
sebaliknya,
rhitung
≤ rtable berarti butir tes tidak valid
3.6.2
Reliabilitas
“Reliabilitas
menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah
baik” (Arikunto,2010:221). Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliable
akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar
sesuai dengan kenyataannya, maka beberapa kali pun di ambil, tetap akan sama.
Setelah
pengujian validitas tes dilakukan pengujian reliabilitas tes. Reliabilitas
adalah kemantapan keterhandalan. Rumus Alpha
Cronbach digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan
1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian. Rumus Alpha Cronbach adalah sebagai berikut :
Keterangan
:
r11 : Reliabilitas instrumen
k
: Banyaknya butir
pertanyaan atau banyak soal
σb2
: Jumlah varians
butir
σt2
: Varians total (Arikunto,2010:239)
Kriteria
pengujian reliabilitas :
Jika
: r11>rtabel berarti butir tes reliabilitas,
sebaliknya
r11<rtabel berarti butir tes tidak
reliabilitas
3.7
Hasil
Uji Coba Instrumen Tes
3.7.1
Uji
Validitas
Sebelum
data disebarkan terlebih dahulu dilakukan uji validitas data tes. Berdasarkan
data hasil pengujian dengan memanfaatkan program pengolahan data menggunakan
microsoft exel, diperoleh hasil uji validitas seperti pada tabel di bawah ini:
TABEL 2
HASIL UJI VALIDITAS INSTRUMEN
TIAP BUTIR TES
No
Soal
|
Koefisien
Korelasi (rxy)
|
rtabel
|
Keterangan
|
1
|
0,72
|
0,44
|
Valid
|
2
|
0,81
|
0,44
|
Valid
|
3
|
0,65
|
0,44
|
Valid
|
4
|
0,63
|
0,44
|
Valid
|
5
|
0,72
|
0,44
|
Valid
|
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 3.
Keterangan :
Jika : rhitung
> rtable berarti butir tes valid, sebaliknya,
rhitung ≤ rtable
berarti butir tes tidak valid
3.7.2
Uji
Reliabilitas
Hasil
dari reliabilitas diperoleh setelah harga-harga dimasukkan ke rumus. Sebelumnya
harus dihitung varians tiap item soal, menjumlahkan varians semua item dan
menghitung varians total terlebih dahulu, selanjutnya menggunakan rumus Alpha
seperti yang tercantum berikut ini:
r11 =(5(5-1))1-82,57196,19
r11 =54
.
1
– 0,42
r11 =54
.
0,58
r11 =
0,725
Berdasarkan perhitungan
di atas maka dapat disimpulkan bahwa r11
= 0,725 > rtabel =
0,444, maka tes soal mengenai laporan harga pokok produksi tersebut dinyatakan
reliabel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di lampiran 5.
3.8
Teknik
Analisis Data
Teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan menggunakan
persentase dan nilai rata-rata kemampuan siswa. “Analisis deskriptif adalah
analisis yang menggambarkan suatu data yang akan dibuat baik sendiri maupun
secara kelompok” (Riduwan dan Akdon,2013:27).
3.8.1
Analisis
Rata-Rata Hasil Belajar Siswa
a.
Rentang nilai tiap butir soal diberi angka 1 – 100.
b.
Nilai rata-rata tiap siswa (NA) adalah :
NA = Jumlah nilai yang diperolehJumlah soal
|
a. Kemudian
nilai (hasil belajar) tersebut di interpretasikan sebagai pedoman penilaian
sebagai berikut :
TABEL 3
KATEGORI
HASIL BELAJAR SISWA
Skor rata-rata
|
Kategori
|
90 – 100
75 – 89
70 – 74
≤ 70
|
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
|
(Sumber : Tata Usaha SMK PGRI 1
Palembang, 2014)
3.8.2
Analisis
Rata-Rata Total Nilai Siswa
Rata-rata = Total Nilai Seluruh SiswaJumla hSiswa
|
Untuk
mencari nilai rata-rata total seluruh siswa dengan menggunakan rumus adalah
sebagai berikut :
3.8.3
Analisis
Persentase Frekuensi pada
Tiap
Kategori
Penilaian
Analisis ini dipecahkan dengan cara
sebagai berikut :
Keterangan
:
P : Persentase Kategori Penilaian
f : Frekuensi jawaban
n : Jumlah sampel
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Penelitian
4.1.1
Gambaran
Umum Lokasi Penelitian
Pada awal berdiri SMK PGRI 1
Palembang ini menumpang di SMP Negeri 1 Palembang di integrasikan menjadi SMP
14 Palembang Jalan Mayor Ruslan Pagar alam Palembang. Dalam kurun waktu sejak
berdirinya tahun 1979 sekolah ini mengalami pasang surut dan hanya ada satu Jurusan
yaitu jurusan Akuntansi yang jumlah siswanya dari kelas 1-3 berjumlah 50 Orang.
SMK PGRI 1 Palembang berada
ditengah-tengah pemukiman penduduk yang beralokasikan di Jalan Parameswara No.
18 Bukit Besar, Palembang yang terletak 150 Meter dan memiliki gedung berlantai
3 serta gedung baru berlantai 2. Proses belajar mengajar dilakukan pada pagi
hari dimulai pada pukul 06.40-12.45 WIB.
Kondisi gedung SMK PGRI 1 Palembang cukup baik dengan bentuk
permanen dan bangunan milik sendiri khusus untuk SMK PGRI 1 Palembang terdiri
dari 20 ruang kelas untuk belajar, 1 ruang untuk komputer, 1 ruang untuk
perpustakaan, 1 ruang untuk dewan guru, 1 ruang untuk UKS, 1 ruang untuk
koperasi sekolah dan 1 ruang untuk TU dan kepala Sekolah. SMK PGRI 1 Palembang
pada tahun pelajaran 2013/2014 dikepalai oleh Dra. Hj. Sudiarti Rais.
4.1.1.1
Jumlah
Guru dan Pegawai
Jumlah
guru dan pegawai di SMK PGRI 1 Palembang berjumlah 40 orang yang terdiri atas,
4 orang staf pimpinan merangkap guru, 22 orang guru, 12 orang pegawai
administrasi dan 1 orang perpustakaan.
4.1.1.2
Jumlah Siswa
Jumlah
siswa SMK PGRI 1 Palembang, jumlah laki-laki 380 siswa dan jumlah perempuan 466
siswa. Jumlah kelas seluruhnya ada 20 kelas dengan perincian sebagai berikut :
TABEL 4
DATA SISWA DI SMK PGRI 1 PALEMBANG
No.
|
Kelas
|
Jurusan
|
Jumlah
Kelas
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
Laki-Laki
|
Perempuan
|
1
|
X
|
Akuntansi
|
2
|
47
|
42
|
89
|
Adm. Perkantoran
|
2
|
39
|
43
|
82
|
Penjualan
|
3
|
69
|
64
|
133
|
2
|
XI
|
Akuntansi
|
2
|
30
|
50
|
80
|
Adm. Perkantoran
|
2
|
43
|
37
|
80
|
Penjualan
|
3
|
65
|
58
|
143
|
3
|
XII
|
Akuntansi
|
2
|
42
|
59
|
101
|
Adm. Perkantoran
|
1
|
8
|
39
|
47
|
Penjualan
|
3
|
47
|
74
|
121
|
Jumlah
|
20
|
380
|
466
|
846
|
(Sumber : Tata Usaha
SMK PGRI 1 Palembang, 2014)
4.1.2
Deskripsi
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di SMK PGRI 1 Palembang, dimana sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebanyak dua kelas yaitu kelas XI Akuntansi 1 dan kelas
XI Akuntansi 2 yang keseluruhannya berjumlah 80 siswa. Penelitian ini dilakukan
5 kali pertemuan, 4 kali pertemuan untuk mengajar, 1 kali pertemuan untuk tes.
Tiap kali pertemuan berlangsung selama 2 x 45 menit.
Hasil
tes tersebut dianalisa oleh peneliti untuk mengetahui sampai dimana kemampuan
siswa menghitung harga pokok produksi proses. Data hasil tes selengkapnya dapat
dilihat di lampiran 2.
4.1.3
Deskripsi
Data Hasil Tes
Sampel siswa yanng diteliti
80 siswa terdiri dari 30 siswa laki-laki dan 50 siswa perempuan, namun yang
ikut tes setelah proses belajar mengajar hanya 73 siswa dan 7 siswa tidak
mengikuti tes dikarnakan tidak hadir. Kemampuan siswa dalam menghitung harga pokok
produksi proses dengan hasil tes sebagai berikut: nilai tertinggi = 100; nilai
terendah = 44,32; rata-rata nilai 84,24; distribusi nilai : 90-100 = 31 siswa
pada kategori sangat baik; 75-89 = 27 siswa pada kategori baik; 70-74 = 7 siswa
pada kategori cukup baik; dan ≤ 70 = 8 siswa pada kategori kurang baik.
4.1.4
Analisis
Data
Data tes
hasil penelitian adalah data dari hasil tes yang dilaksanakan pada penelitian
ini, dimana untuk menganalisis kemampuan siswa kelas XI Akuntansi SMK PGRI 1 Palembang
dalam menghitung harga pokok produksi proses pada mata pelajaran akuntansi. Tes
dilakukan sebanyak 1 kali terhadap 80 siswa sebagai sampel penelitian, namun
yang mengikuti tes hanya 73 siswa.
4.1.4.1
Analisis
Rata-Rata Total Nilai Siswa
Rata-rata = Total Nilai Seluruh SiswaJumlah Siswa
|
Rata-rata = 6149,6773
=
84,24
Nilai rata-rata 84,24 mencerminkan
bahwa kemampuan siswa menghitung harga pokok produksi proses dilihat dari
rata-rata nilai pada kategori baik.
4.1.4.2 Persentase Frekuensi Pada Tiap Kategori Penilaian
Dilihat
dari frekuensi siswa pada setiap kategori penilaian kemampuan siswa menghitung
harga pokok produksi proses seperti tabel 5.
TABEL 5
PERSENTASE
FREKUENSI PADA TIAP KATEGORI PENILAIAN
No
|
Skor rata-rata
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Kategori
|
1
2
3
4
|
90 – 100
75 – 89
70 – 74
≤ 70
|
31
27
7
8
|
42,46%
36,99%
9,59%
10,96%
|
Sangat
Baik
Baik
Cukup
Baik
Kurang Baik
|
|
Jumlah
|
73
|
100%
|
|
Rata-rata nilai : 84,24 :
Baik
|
Berdasarkan tabel di atas diketahui
bahwa frekuensi terbesar siswa (42,46%) mampu menghitungan harga pokok produksi
proses dengan kategori sangat baik dan (36,99%) pada kategori baik, sedangkan
frekuensi siswa yang belum mencapai kategori baik sebesar (20,55%). Hal ini
berarti siswa yang belum mampu menghitung harga pokok produksi proses pada
kategori baik telah berkurang sebesar (19,45%) dibandingkan tahun lalu yang
sebesar ±
40%. Di lihat dari rata-rata nilai kemampuan siswa menghitung harga pokok
produksi proses pada kategori baik. Maka dapat disimpulkan bahwa siswa pada
tahun 2013/2014 dalam menghitung harga pokok produksi proses telah mencapai
pada kategori baik.
4.1.4.3
Analisis Tiap Butir Soal
Bila dilihat dari kemampuan siswa berdasarkan
butir soal sebagai berikut :
1. Butir
tes 1 rata-rata nilai 86,21.
2. Butir
tes 2.
a. Butir
tes 2.a nilai 85,16.
b. Butir
tes 2.b nilai 98,64
Rata-rata nilai butir tes 2 = 89.
3. Butir
tes 3 rata-rata nilai 54,25.
4. Butir
tes 4 rata-rata nilai 89,37.
5. Butir
tes 5 rata-rata nilai 85,94.
Dari rata-rata nilai tiap
butir di atas hanya butir 3 saja, tentang indikator menjurnal jumlah biaya
bahan baku yang menunjukkan kemampuan siswa pada kategori kurang baik dan pada
indikator mengidentifikasi harga pokok produksi per unit untuk setiap jenis
produk dilihat dari butir no 1, 2.a, 4, dan 5 pada kategori baik, sedangkan
butir 2.b indikator menyajikan laporan harga pokok produksi ternyata kemampuan
siswa sudah mencapai pada kategori sangat baik.
4.2
Pembahasan
Tes yang
diberikan kepada siswa mencakup keseluruhan materi yang telah diberikan selama
proses belajar mengajar. Hasil tes menunjukkan kemampuan siswa menghitung harga
pokok produksi proses diperoleh rata-rata nilai sebesar 84,24 pada kategori
baik. Sedangkan bila di lihat dari frekuensi siswa pada tiap kategori penilaian,
ternyata 79,45% siswa sudah mampu menghitungan harga pokok produksi proses pada
kategori baik dan sangat baik, hanya 20,55% saja siswa yang kemampuannya pada
kategori cukup dan kurang baik.
Keadaan
ini menunjukkan bahwa persentase siswa yang mempunyai kemampuan pada kategori sangat
baik pada tahun ini ada peningkatan dibandingkan tahun lalu yaitu sebesar ± 40% siswa
kemampuan mereka pada kategori dibawah baik, sedangkan tahun sekarang hanya tinggal
20,55% sehingga sudah berkurang 19,45%. Hal ini disebabkan siswa telah
diberikan tugas-tugas maupun latihan-latihan guna melatih siswa untuk menjadi
pribadi yang unggul dan cerdas.
Namun dengan
demikian terlihat pada soal indikator menjurnal masih banyak siswa (79,45%)
yang kemampuannya pada kategori kurang baik, hanya (20,55%) siswa yang
mempunyai kemampuan pada kategori baik dan sangat baik, di lihat dari rata-rata
nilai kemampuan siswa menghitung harga pokok produksi pada indikator menjurnal
jumlah biaya bahan baku hanya 54,25%.
Dari
hasil tes dapat diketahui kesulitan siswa dalam menghitung harga pokok produksi
proses. Pada indikator 1 yaitu menjurnal jumlah biaya bahan baku kebanyakkan
siswa tidak bisa menentukan nominal dalam menjurnal pemakaian bahan baku.
Sedangkan pada indikator 2 yaitu mengidentifikasi harga pokok produksi per unit
untuk setiap jenis produk dan indikator 3 yaitu menyajikan laporan harga pokok
produksi kebanyakan siswa telah mampu menghitung harga pokok produksi proses.
Untuk
mengatasi permasalahan di atas maka guru bidang studi perlu menambah jam untuk mengulas kembali
materi menganai menjurnal pamakaian jumlah biaya bahan baku serta memperbanyak lagi latihan-latihan soal
sehingga siswa dapat lebih terbiasa dalam menjurnal jumlah biaya bahan baku
tersebut secara tuntas.
Dengan
demikan dalam penelitian ini siswa kelas XI Akuntansi SMK PGRI 1 Palembang
tahun pelajaran 2013/2014 di katakan mampu menghitung harga pokok produksi proses
pada mata pelajaran akuntansi, di karenakan siswa mau memperhatikan penjelasan
dari guru dan melakukan serangkaian latihan-latihan.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil analisis data mengenai kemampuan siswa menghitung harga pokok produksi di
SMK PGRI 1 Palembang dapat disimpulkan:
1.
Hasil tes menunjukkan nilai rata-rata
kemampuan siswa dalam menghitung harga pokok produksi proses pada mata
pelajaran akuntansi adalah 84,24 pada kategori baik.
2.
Berdasarkan frekuensi siswa pada tiap
kategori yaitu frekuensi terbesar siswa dalam menghitung harga pokok produksi
proses pada kategori baik dan sangat baik 79,45%, sedangkan pada kategori cukup
dan kurang baik sebesar 20,55%.
3.
Dari ke tiga indikator tersebut ternyata
hanya indikator 1 saja yaitu menjurnal jumlah biaya bahan baku yang kemampuan siswa
pada kategori kurang baik.
5.2
Saran
Beberapa
saran yang dapat peneliti ajukan berkaitan dengan hasil kesimpulan penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi
siswa, diharapkan dapat menghitung harga pokok produksi dengan teliti agar
dapat memahami pelajaran akuntansi dengan mudah.
2. Bagi
guru, diharapkan memberikan latihan-latihan sebagai motivasi siswa dalam
belajar sehingga siswa dapat menguasai materi harga pokok produksi.
3. Bagi
sekolah, diharapkan sebagai masukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar
sehingga dapat juga meningkatkan kemampuan tenaga pendidik.
4. Bagi
Universitas, diharapkan agar Universitas mensumberdayakan kembali kepada mahasiswa
untuk meneliti kembali hasil penelitian ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi dan Supriyono. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arikunto,
Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik (Revisi).
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto,
Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.
Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.
Dunia dan Wasilah. 2011. Akuntansi Biaya Edisi 2. Jakarta:
Salemba Empat.
Firdaus, Yoga, dkk. 1997. Akuntansi Biaya. Jakarta: Yudhistira.
Hamalik, Oemar. 2013. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Jihad dan Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Presindo.
Mulyadi. 2007. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Riduwan dan
Akdon. 2013. Rumus dan Data dalam
Analisis Statistik untuk Penelitian (Administrasi
Pendidikan-Bisnis-Pemerintahan-Sosial-Kebijakan-Ekonomi-Hukum-Manajemen-Kesehatan).
Bandung: Alfabeta.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Soemarso S. R. 2009. Akuntansi Suatu Pengantar (Revisi). Jakarta:
Salemba Empat.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata,
Nana Syaodih. 2012. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tim
Penyusun. 2014. Pedoman Penulisan
Skripsi. Palembang: Universitas PGRI Palembang.