Tahun Politik, Jangan Sebar Caci Maki dan Berita Hoax!
Khutbah I
اَلْحَمْدُ
للهْ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ بَعَثَ نَبِيَّهُ مُحَمَّدًا صَلّى الله عليه وسلم
لِاُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْاَخْلَاق، وَنَهَانَا عَنِ الذَّمِّ وَالتَّجَسُّسِ إلَى
جَمِيْعِ الْمَخْلُوْقَات، وَهُوَ الَّذِيْ يَحْذَرُنَا بِجَمِيْعِ الظُّنٌوْنَات،
لِأَنَّهَا مِنْ بَعْضِ أَنْوَاعِ الْمَذْمُوْمَاتِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى
الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ
وَعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أَمَّا
بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ،
فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِىْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ،
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Alhamdulillah, alhamdulillah ba’asa nabiyu muhammadan
solaulah ‘alaihi wasalam.
Litamma makrimal mahklukot, wahuwallazi yahzarunal
akhlak. Wanahana ‘aniddama wattajas susi ila jami’i. Ashadu ‘ala illa
haillauallah bijami’i zonuna, liannaha min bakdi awa’il madmumat. Bi koulihi
wahdahula sarikala, waashadu ‘anna sayidina muhamadan abduhu warosulluh.
Allahuma solli wasalim ‘ala ‘abdi warosulika
muhamadiw wa’ala alihi wa ashabihi ila rosadi.
Faya
ibadallah, ‘ausini nafsi, waiyakum. Ama ba’du, hudatil namifaan ibadi
Kolaullahu
ta’ala fikitabihil karim. Naukotmal za afdakof bitaqwallah.
Ya
ayuhallazi na’amanutakuallah hakkotukotih, wala tamutunna illa wa antum muslimun”
Hadirin jama’ah
Jum’at Rahimakumullah,
Saya berpesan kepada pribadi saya sendiri, juga kepada para hadirin
sekalian, marilah kita terus berusaha meningkatkan iman dan takwa kita kepada
Allah dengan mematuhi semua perintah-perinahnya
dan juga menjauhi semua larangan-larangan-Nya.
Hadirin jama’ah Jum’at
Rahimakumullah
Dalam kesempatan yang mulia ini, judul khutbah yang akan saya sampaikan
adalah “Tahun Politik, Jangan Sebar Caci
Maki dan Berita Hoax/Berita Bohong”
Sidang jum’at yang berbahagia,
Kita sekarang ini sedang berada di tahun politik. Enam Belas hari lagi kita akan merayakan pesta demokrasi di negeri ini. Telah banyak kita lihat dan kita dengar janji-janji politik dari para caleg untuk memikat masyarakat agar memilih mereka sebagai pemimpin atau wakil dari rakyat yang berada di daerahnya masing-masing.
Kita sekarang ini sedang berada di tahun politik. Enam Belas hari lagi kita akan merayakan pesta demokrasi di negeri ini. Telah banyak kita lihat dan kita dengar janji-janji politik dari para caleg untuk memikat masyarakat agar memilih mereka sebagai pemimpin atau wakil dari rakyat yang berada di daerahnya masing-masing.
Kita berhak
memilih siapa Capres dan Cawapres, anggota DPD, DPR RI, DPRD Propinsi maupun DPRD Kabupaten yang kita anggap bisa mengemban amanah paling baik di antara calon
yang lain. Dalam memilih, marilah kita kembalikan kepada akal sehat kita
masing-masing. Mari kita menengok dan bertanya bagaimana jawaban hati nurani
kita itu! Dan setelah melalui perenungan yang mendalam, tanpa ada yang boleh
menghalangi, setiap warga negara yang sudah cukup umur dipersilahkan
menggunakan haknya untuk memilih calon yang dirasa baik di dalam bilik tanpa
ada yang boleh mengintervensi sedikitpun.
Agama merupakan
hal yang paling mendasar dan krusial dalam hidup ini. Meski begitu, Allah tetap
tidak memperbolehkan kita memaksa orang lain yang tidak seakidah dengan kita
untuk kemudian kita paksa supaya sama dengan kita. Apalagi sekedar pilihan
politik.
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ
La ikro hafiddan
Artinya: “Tidak ada paksaan dalam
beragama.” (QS Al Baqarah: 256)
Atau dengan istilah lain ‘tidak ada agama
dalam keterpaksaan’.
Dalam ayat lain, sebagaimana yang masyhur
kita kenal, yaitu
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ
دِينِ
Lakum dinukum waliyadin
Artinya: “Bagimu agamamu dan bagiku
agamaku.” (QS Al-Kâfirûn: 6)
Hadirin jama’ah Jumah hafidhakumullah,
Dengan demikian,
dapat kita pahami bersama, Allah melarang kita untuk memaksa siapa pun untuk
sependapat dengan apa yang ada dalam isi otak kita meskipun terhadap urusan
agama yang begitu krusial. Apalagi hanya masalah kecenderungan pilihan politik,
semulia apa pun tujuan kita, seagamis apa pun landasan kita, sehebat apa pun
otak kita, kita tidak bisa memaksa orang lain untuk memilih sesuai selera kita.
Kita hanya boleh menyampaikan nilai-nilai saja dengan sewajarnya, tanpa
memaksa.
Rasulullah Muhammad ﷺ diberi pesan oleh Allah subhânahû
wa ta’âlâ hanya untuk menyampaikan nilai-nilai, tidak sampai memaksa:
إِنْ عَلَيْكَ إِلَّا
الْبَلَاغُ
In ‘alaika illal bala’
Artinya: “Kewajibanmu tidak lain hanya
menyampaikan (risalah).” (QS As-Syûra: 48)
Hadirin jama’ah Jumah hafidhakumullah,
Dalam berpolitik,
jangan hanya karena beda pilihan politik menjadikan alasan bagi kita untuk
memutus tali persaudaraan, memutus tali pertemanan, memutus hubungan keluarga,
dan lain sebagainya. Kita sebagai anak bangsa tidaklah patut menjadikan
perbedaan pandangan politik sampai memutus hubungan-hubungan tersebut.
Hadirin jama’ah
Jumah hafidhakumullah,
Selain tak boleh
memaksa pilihan politik, kita juga dilarang menghujat, mencacimaki, membully menyebarkan Hoax/Berita bohong maupun menghina siapa pun yang berbeda pandangan dengan kita. Bahkan
Baginda Nabi pernah berpesan sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah, sampai
kepada setan yang nyata-nyata dilaknat oleh Allah, kita dilarang mencaci
makinya. Padahal kita pasti semua sudah tahu, setan merupakan musuh kita
bersama. Kita tetap tidak boleh mengumpat, mencaci maki dan lain sebagainya.
Firman Allah dalam
surat Al-An’am:
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ
يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ
Wala tasubbul ziinayad ‘una min
dunihillahi fayasubbuallaha ‘adwan biqhori ilm
Artinya: “Dan
janganlah kalian memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah. Hal itu
akan menjadikan mereka mengolok-olok Allah dengan memusuhi tanpa pengetahuan.”
(QS Al-An’am: 108)
Dari hadis dan
ayat di atas ini, terdapat ajaran, kita dilarang mencaci maki, membully siapa
pun orang ataupun benda apa pun walaupun terhadap hal-hal yang benar-benar
keliru menurut ajaran agama. Apalagi hanya sekedar kepada orang yang mempunyai
pandangan politik yang berbeda. Tentu dilarang. Apalagi sesama muslim atau
sesama anak bangsa. Ini jelas dilarang.
Sidang jum’at yang berbahagia,
Kita tahu bahwa Abu Bakar mendapat gelar Ash Shidiq yang berarti “orang benar/jujur”. Tentu apa yang keluar dari lisan beliau banyak mengandung hikmah. Mari kita gali hikmah apa yang terkandung dari pidato beliau itu; bahwa seorang pemimpin harus memiliki 7 kriteria, yaitu;
1. Tidak Memiliki Sifat Sombong.
Teladan ini dapat kita petik dari pernyataan Abu Bakar yang mengatakan:
Kita tahu bahwa Abu Bakar mendapat gelar Ash Shidiq yang berarti “orang benar/jujur”. Tentu apa yang keluar dari lisan beliau banyak mengandung hikmah. Mari kita gali hikmah apa yang terkandung dari pidato beliau itu; bahwa seorang pemimpin harus memiliki 7 kriteria, yaitu;
1. Tidak Memiliki Sifat Sombong.
Teladan ini dapat kita petik dari pernyataan Abu Bakar yang mengatakan:
قَدْ وُلِّيْتُ عَلَيْكُمْ وَلَسْتُ بِخَيْرِكُمْ
“Saya telah dipilih menjadi pemimpin, padahal saya bukanlah orang terbaik di antara kalian”.
Rasul bersabda;
الكِبْرُ بَطَرُالحَقِّ و غَمَطُ النَاسِ
“Sombong itu menolak
kebenaran dan merendahkan sesama manusia" (HR. Muslim).
Sombong bisa menghilangkan keutamaan dan menghasilkan beberapa kerendahaan. Mengapa, karena pemilik kesombongan tidak mau menerima nasihat orang lain atau menerima pelajaran. Maka boleh dikata bahwa kesombongan itu menunjukkan ketololan bagi pemiliknya.
Tidak akan abadi kekuasaan yang disertai kesombongan.
2. Jujur
Teladan ini dapat kita petik dari pernyataan Abu Bakar yang mengatakan:
Sombong bisa menghilangkan keutamaan dan menghasilkan beberapa kerendahaan. Mengapa, karena pemilik kesombongan tidak mau menerima nasihat orang lain atau menerima pelajaran. Maka boleh dikata bahwa kesombongan itu menunjukkan ketololan bagi pemiliknya.
Tidak akan abadi kekuasaan yang disertai kesombongan.
2. Jujur
Teladan ini dapat kita petik dari pernyataan Abu Bakar yang mengatakan:
الصِّدْقُ أمَانَةُ وَالْكِذْبُ خِيَانَةٌ
“Kebenaran (kejujuran) adalah amanat (yang harus dilaksanakan ) dan kedustaan adalah pengkhianatan (yang harus dihindari).”
3. Program (visi) Mereka adalah Mengentaskan Kemiskinan
Teladan ini dapat kita petik dari pernyataan Abu Bakar yang mengatakan:
الْضََّعِيْفُ فِيْكُمْ قَوِيٌ عِنْدِى حَتَّى
آخُذُ لَهُ حَقَّهُ
وَالْقَوِىُّ ضَعِيْفٌ عِنْدِىْ حَتَّى آخُذَ مِنْهُ الْحَقَّ إنْ شَاالله تَعَلَى
وَالْقَوِىُّ ضَعِيْفٌ عِنْدِىْ حَتَّى آخُذَ مِنْهُ الْحَقَّ إنْ شَاالله تَعَلَى
“Orang lemah di antara kalian saya pandang sebagai orang kuat dan akan berikan haknya(yang belum di dapatnya) dan orang kuat di antara kalian saya pandang sebagai orang lemah dan akan saya ambil “hak” dari mereka (untuk diserahkan kepada yang sebenarnya berhak), Insya Allah”.
Ungkapan beliau ini tentu berkaitan dengan kisah berikut ketika ia masih bersama Rasulullah, yaitu ketika salah seorang sahabat bertanya:
Wahai Rasulullah, apa sajakah dosa-dosa besar itu?” Beliau menjawab, “Menyekutukan Allah.” Ia bertanya “Kemudian apa?” “Sumpah palsu.” Saya bertanya, “Apakah sumpah palsu itu?” Beliau menjawab, “Yaitu seseorang yang merampas harta seorang Muslim, yakni dengan menggunakan sumpah yang mengandung kebohongan.” (HR Bukhori dan Tarmudzi)
4. Mengajak Menjaga Keutuhan Negara.
Teladan ini dapat kita petik dari pernyataan Abu Bakar yang mengatakan:
لايَدَعُ أَحَدٌ مِنْكُمْ الْجِهَادَ فَاِنَّهُ لا
يَدَعُهُ إلاّ ضَرَبَ الله ُبِالذُّلِّ
Jangan seorangpun diantara kita meninggalkan jihad (perjuangan) karena tidak ada kelompok yang meninggalkan jihad kecuali mereka akan tertimpa kehinaan dari Allah.
5. Menganjurkan untuk Patuh terhadap Pemerintah.
Teladan ini dapat kita petik dari pernyataan Abu Bakar yang mengatakan:
أطِيْعُونِيْ مَاأطَعْتُ اللهَ
وَرَسُولَهُ,فَإذَاعَصَيْتُ الله َوَرَسُولَهُ فَلاَ طاعَةَ لِي
“Taatilah saya, selama selama saya taat kepada Allah dan Rasulnya. Kalau saya bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka tidak ada kewajiban taat kepada saya”.
6. Menganjurkan untuk Melaksanakan Perintah Agama.
Teladan ini dapat kita petik dari pernyataan Abu Bakar yang mengatakan:
عَلَيْكُم قُومُوا إلَى صَلاَتِكُمْ رَحِكُمُ اللهِ
“bergegaslah melakukan sholat semoga Allah
senantiasa merahmati kalian”.
Maasyirol muslimin Jama’ah jum’at Rohimakumullah,
Demikianlah pelajaran yang dapat kita ambil dari pidato pilitik Pemimpin Islam yang Allah telah menjamin dia untuk masuk syurga. Saat ini, mari kita ciptakan pemilu yang damai, tanpa menyindir, membully dan mencaci maki, menyebarkan berita hoax/berita bohong.
Maasyirol muslimin Jama’ah jum’at Rohimakumullah,
Demikianlah pelajaran yang dapat kita ambil dari pidato pilitik Pemimpin Islam yang Allah telah menjamin dia untuk masuk syurga. Saat ini, mari kita ciptakan pemilu yang damai, tanpa menyindir, membully dan mencaci maki, menyebarkan berita hoax/berita bohong.
Tidak
baik jika
kita sebagai anak bangsa, sesama muslim, saling curiga, mencari-cari celah
kesalahan lawan pilihan politik, menggunjing politikus-politikus dan lain
sebagainya.
Akhirnya, dipenghujung khutbah
ini Semoga allah memberikan hidayah-nya kepada kita semua, sehingga kita bisa
memilih pemimpin yang memiliki 7 kriteria tersebut, pemimpin yang benar-benar
menjaga amanah untuk mengabdi kepada masyarakat, bangsa dan negara, pemimpin
yang takut kepada allah dan adil kepada bawahan dan juga ditahun politik ini
semoga kita semua dijauhi sipat-sipat yang dibenci allah seperti sipat caci
maki, menyebarkan berita hoax/berita bohong yang dapat memutus tali
persaudaraan.
.باَرَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ
فِى الْقُرْانِ الْعَظِيْمِ
وَ نَفَعَنِى وَاِيَاكُمْ بِالاَيَاتِ وَالذِّكْرِِ الْحَكِيْمِ
وَ قُلْ رَبِغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
وَ نَفَعَنِى وَاِيَاكُمْ بِالاَيَاتِ وَالذِّكْرِِ الْحَكِيْمِ
وَ قُلْ رَبِغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ